Lihat ke Halaman Asli

M. Suaizisiwa Sarumaha

Berakit-rakit dahulu. Aeru tebai aetu.

Menggiring Indonesia Beradab

Diperbarui: 21 Oktober 2018   15:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Berbagai persoalan bangsa yang kita hadapi saat ini. Mulai dari pemilihan kepala desa, bupati, gubernur, legislatif atau wakil rakyat dan juga memilih kepala negara. Persoalan lain adalah ketika Indonesia dilanda berbagai macam bencana alam. 

Bencana lain ketika sekelompok masyarakat melakukan persekusi, pembohongan publik, penyebaran berita palsu atau hoaks bahkan berusaha melegalkan kampanye negatif. Semua ini sebagai bagian dalam proses hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang harus dikawal yang tidak harus tidak membutuhkan energi dan biaya yang besar dalam mengantisipasi hal-hal negatif.

Menghasilkan kepemimpinan tidaklah terjadi secara spontan apalagi instan, melainkan melalui proses demokrasi, kematangan pribadi dan kedewasaan dalam berpolitik. 

Proses ini bukan saja melibatkan manusia sebagai sumberdaya, melainkan melibatkan kekayaan negara untuk memberhasilkan pemerintahan yang bersih, sehat dan sejahtera. Ternyata, apa yang terjadi berbagai polemik yang harus kita hadapi secara bersama. 

Menghadapi bangsa sendiri karena beda pilihan, beda keinginan dan beda motivasi, menghadapi 'perongrong' bangsa dari bangsa sendiri karena ambisi politik, haus kekuasaan dan terlebih lagi menghadapi penyusup karena ada yang menginginkan negara ini berantakan dan akhirnya hancur.

Proses pemilihan yang dimaksud tertuju pada pemilihan Kepala Negara sekaligus sebagai simbol dan lambang negara. Kepala negara yang baik akan mampu membawa bangsa ke arah yang lebih baik. Proses pemilihan ini juga yang menentukan adalah masyarakat itu sendiri, yaitu masyarakat Indonesia. Dengan harapan kita memiliki masyarakat yang sehat dan bijak.

 Berbagai pertimbangan dan penentuan sikap atas pilihan masyarakat untuk menentukan pilihan dari apa dan siapa yang akan membawa nasib bangsa ini kemudian. Maka dibutuhkanlah manusia-manusia pemilih yang bijak sehingga mampu membawa Indonesia sebagai bangsa yang beradab.

Berbagai program pemerintahan sebelumnya yang mangkrak satu persatu dapat diselesaikan. Begitu juga event internasional dan perhelatan bangsa yang sudah dilakukan dan kita saksikan bersama, misalnya pelaksanaan Asian Games 2018, Asian Para Games 2018, perhelatan dunia bersama IMF dan presiden Indonesia mendapat apresiasi yang tinggi dari berbagai pemimpin negara lainnya, menteri keuangan mendapatkan penghargaan dunia dan lain sebagainya. Hal inipun dianggap salah dimata mereka yang tidak menginginkan negara ini lebih baik lagi.

Plato mengatakan bahwa negara dipimpin oleh para filosof, karena melalui para filosof mampu untuk melihat idea-idea karena dalam idea itu sendiri terdapat kemampuan untuk memahami hakekat realitas yang tidak terdapat pada kesan lahiriah manusia belaka. 

Karena idea yang dimiliki tersebut mampu membawa atau memimpin masyarakat pada tataran hidup yang benar. Hal ini akibat adanya sophia (cinta akan kebijaksanaan). Seorang pemimpin dalam menghadapi dunia yang berubah-ubah dari perspektif idea-idea abadi pasti akan bertindak secara bijaksana. 

Tidak serampangan, tidak amburadul, tidak menyebar kebohongan, tidak membenarkan kesalahan-kesalahan yang diakibatkan oleh ambisi pribadi dan kelompoknya atau yang terjadi di luar dirinya, tidak urakan, tidak berpihak pada hal-hal yang merugikan masyarakat banyak dan tentu tidak merusak tatanan hidup bermasyarakat dan bernegara. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline