Lihat ke Halaman Asli

Martua Intan

Pemerhati Lingkungan Hidup

Banjir dan Tanah Longsor, Saat Isu Lingkungan Hidup Diletakkan di Gerbong Terakhir

Diperbarui: 19 Januari 2021   20:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bukan secara kebetulan bahwa di awal tahun sering kita mengalami bencana alam seperti banjir, tanah longsor dan gempa bumi. Kita keluarkan dulu tentang gempa bumi, karena hampir tidak ada unsur keterlibatan manusia terjadinya suatu gempa. Hanya perlu antisipasi dan tindakan pasca gempa bumi terjadi. Semakin baik dilakukan maka resiko yang dihadapi bisa diminimalisir dampaknya.

Bagaimana dengan banjir dan tanah longsor. Memang tidak dapat dipungkiri saat hujan lebat biasanya sering diiringi oleh terjadinya banjir dan tanah longsor. Tapi apa betul hanya hujan yang menjadi 'aktor utama' bencana tersebut. Banjir dan tanah longsor diberbagai tempat atau daerah ditanah air sebenarnya adalah bukti lemahnya kita dalam menata tata ruang kita. 

Kita terlalu rakus terhadap pertumbuhan ekonomi, pengembangan kawasan industri, pesatnya pembangunan perumahan, pemukiman dengan mengabaikan bahwa perlu ada keseimbangan dalam pembangunan yang menempatkan pertumbuhan ekonomi sebagai satu satunya ukuran kesejahteraan dan kebahagian masyarakat. 

Kita lupa bahwa saat kita memperlebar ruang untuk kita mengakibatkan kita mempersempit tempat tanaman untuk berkembang, membuat hewan hewan tidak punya tempat berlari, membuat sungai menjadi tempat sampah berenang, membuat bukit telanjang karena rerumputan dan pepohonan di singkirkan diganti vila warna warni.

Saat kita menaruh tentang kepentingan lingkungan hidup di gerbong belakang, maka lingkungan akan menjadi topik terakhir yang dibicarakan. Dan semua pihak 'mendadak' pintar bicara tentang bencana, banjir, tanah longsor, erosi, deforestisasi, maraknya kebun sawit. 

Sewajarnya sebelum bicara investasi, membangun pabrik untuk relokasi pabrik yang dipindahkan dari negara lain, pembangunan jalan tol dan lainnya. Pikirkan resiko terhadap keseimbangan lingkungan kedepannya. Kalau tidak kita seperti membangun istana pasir di pantai, saat gelombang pantai bergulung maka istana yang kita bangun akan tidak berarti.

Salam lingkungan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline