Lihat ke Halaman Asli

FX Aris Wahyu Prasetyo Saris

Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Menulis Makna (51): Menata Nurani dan Waktu dalam Persahabatan Sejati

Diperbarui: 16 Agustus 2021   04:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrasi. www.theactivetimes.com

Ikuti kata hati anda selama hidup anda, jangan mengabaikan waktu yang mengikuti kata hati anda, karena mengabaikan waktu merupakan suatu perlawanan bagi nurani. (Pthatotpe)

Waktu terus berjalan dan berputar yang tak dapat dihentikan oleh siapapun dan apapun, kecuali kehendak Sang Pencipta semesta ini. Waktu terus menambahkan lama dan panjangnya perjalanan hidup setiap pribadi sesuai dengan permulaannya masing-masing hingga pada waktunya berhenti dalam peristirahatan kekal. 

Waktu pun menjadi kesempatan bagi manusia untuk memilah dan memilih segala pilihan-pilihan hidup yang tersaji dalam dinamika kehidupan bersama sesama dan semesta.

Ada kekecewaan yang mendalam tatkala waktu berlalu tanpa rasa dan kuasa untuk menjalaninya dalam kebermaknaan yang memberikan buah-buah kebahagiaan dalam hidup. 

Ada rasa yang tergores dalam dalam luka menyesali segala yang terjadi dalam ketidakpuasan, ketidaktepatan, dan kekacauan yang menjadi kenangan buruk masa lalu penuh duka dan rasa bersalah. Andai bisa mengulangi waktu, menjadi sebuah harapan dan sekaligus impian untuk memperbaiki segala peristiwa masa lalu menjadi lebih baik dan bermakna. 

Namun, waktu sudah berlalu dan peristiwa sudah menjadi realita masa lalu, yang ada adalah membangun hidup baru yang berpadu dengan waktu dalam keselarasan hidup.

Illustrasi. dogtrainingobedienceschool.com

Ada kegembiraan yang berkobar tatkala waktu berlalu dengan rasa yang menggerakkan segalanya dalam keceriaan dan kepuasan yang mewarnai setiap waktu di masa lalu. 

Terkadang ada euforia yang begitu menyenangkan hati dan budi atas segala pencapaian dari waktu ke waktu di masa lalu yang mengantarkan setiap pribadi pada kemapanan diri. 

Lebih dari itu, kegembiraan itu membawa manusia pada kematangan jiwa untuk berbagi pada sesama dalam ketulusan diri tanpa mengejar timbal balik ataupun popularitas diri. 

Semua itu menjadi selebrasi-selebrasi sederhana atas kegembiraan dan kebahagiaan dengan menorehkan simpati dan empati pada sesama demi kehidupan yang selaras.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline