Lihat ke Halaman Asli

FX Aris Wahyu Prasetyo Saris

Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Menulis Makna (37): Membangun Kolaborasi Pikiran, Nurani, Rasa Peduli, dan Komitmen dalam Kesatuan Jiwa

Diperbarui: 24 Juli 2021   04:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrasi. www.123rf.com

Orang yang melihat tanpa pemutarbalikan, bebas dari prasangka, matanya terang bercahaya. Kepentingan pribadi membuatmu buta dan menguburkan ilmu dalam lahat. Kurangnya prasangka membuat kebodohan jadi bijaksana. (Jalalu'ddin Rumi)

Prasangka tumbuh subur dalam pikiran manusia tatkala hati tak berdamai dengan diri dan keadaan dunia yang sedang dijalaninya sebagai sebuah realita kehidupan yang menggoncang jiwa.

Prasangka membawa diri pada sisi-sisi terasing dalam nurani manusia yang terkadang jauh dari peradaban manusia yang menjunjung harkat dan martabat sebagai inti dari kehidupan itu sendiri. Prasangka menjadi sahabat sejati hati yang ingkar pada nurani dan nalar yang terjerumus dari logika sehat kemanusiaan.

Manusia akan terampas kehidupannya tatkala terus-menerus terjebak pada segala prasangka kehidupan yang sesungguhnya memutarbalikkan kenyataan dan logika kehidupan.

Manusia semakin menjauh dari peradabanya sebagai manusia sejati manakala prasangka menjadi kerangka cetak atas segala pemikirannya, perasaannya, dan tindakannya.

Kebijaksanaan menjadi impian yang semu, nilai-nilai luhur tertinggal dalam puing-puing kehancuran karakter diri yang pada akhirnya menjadi sampah-sampah busuk atas kehidupannya sendiri.

Illustrasi. alz.org.sg

Dalam sebuah perjalanan hidup ini, sudah waktunya manusia memberikan kesempatan yang seluas-luasnya pada pikiran sehat dalam nalar yang merangkai segala kebenaran dalam ketulusan pemikiran. Mengeksplorasi segala informasi kehidupan dari berbagai sumber yang ada, menyaring segalanya menemukan inti sari kehidupan yang hakiki, dan mengendapkannya dalam nilai-nilai kehidupan yang berdaya guna dalam sejuta kebaikan bagi diri dan sesama adalah proses pembelajaran diri dalam mengolah pikiran yang jauh dari prasangka. Mata menjadi terang dalam melihat dunia dengan pikiran yang sehat dengan kerangka kebenaran sejati.

Seiring pengolahan nalar dalam setiap realita kehidupan ini, hati nurani menjadi mitra kolaborasi yang menguatkan pribadi dalam mengusahakan kehidupan yang beradab.

Pemikiran yang sehat, takkan berarti apa-apa dalam kehidupan ini tanpa nurani yang kuat pula. Justru manusia akan jatuh pada idealisme dunia yang terkadang penuh dengan egoisme dan melupakan sisi nurani dalam membangun relasi dengan sesama.

Pengolahan hati nurani memberikan kesempatan bagi manusia untuk menggali, mengolah, dan menginternaslisakannya dalam aksi nyata di kehidupan lewat nilai-nilai kejujuran, kesadaran diri, kebenaran, dan keikhlasan diri. Nurani yang baik semakin menguatkan pemikiran sehat manusia dalam menata diri dan berpartisipasi pada dunia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline