Lihat ke Halaman Asli

SITI MARIYAM

(Pe)nulis

Kakakku Idola Teman-temanku (Part 8)

Diperbarui: 28 Februari 2024   11:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

             "Bu, kakak kok, belum pulang juga ya?" Aku berkata pada ibu yang tengah menonton TV sambil memandang luar melalui jendela menunggu kehadiran Kak Reno tiba di rumah. Padahal hari sudah mau gelap, tapi ia belum juga sampai.

            "Kakak kena macet di jalan mungkin? Nanti juga kakak pulang," ibu menjawab masih dengan serius menonton acara TV-nya tersebut. Bisa jadi Kak Reno terkena macet di jalan, karena jam-jam seperti ini kan, waktunya pekerja pulang dari tempat kerjanya, termasuk ia yang pulang dari sekolah.

            "Aku nunggu kakak di kamarnya aja, deh. Nanti kalau kakak udah pulang tolong bilangin, ya, Bu."

            "Iya, sayang. Nanti ibu bilangin kalau kakak udah pulang."

            Aku lalu menuju kamar Kak Reno yang berada di sebelah kamarku. Ini kali kedua aku mengunjungi kamarnya, setelah tumbuh besar diri ini tak lagi ke ruang tidurnya. Aku masih ingat ketika kecil dulu yang selalu ingin tidur bersamanya. Padahal ibu sudah mengiming-imingkan untuk membeli sesuatu yang aku suka jika aku menuruti kata-katanya untuk tidak lagi tidur bersama Kak Reno. Ibu tak ingin belajar Kak Reno terganggu karena ada aku di dalam kamarnya.

            Aku bahkan sampai merengek-rengek kala itu, sebab ibu tak menginzinkan untuk tidur bersama Kak Reno yang pada saat itu sedang belajar untuk persiapan ujian semester. Aku terus menangis sambil memanggil-manggil dirinya, meski ibu sudah menggedong dan menenangkanku. Mengetahui adiknya begitu, Kak Reno pun membolehkanku untuk tidur bersamanya.

            "Tapi kamu harus tidur, ya? Jangan nunggu kakak selesai belajar dulu tidurnya."

            Aku mengangguk mendengarkan ucapannya, sebagai tanda aku menerima syarat itu. Karena sebelum-sebelumnya aku selalu menunggu terlebih dahulu ia selesai belajar, agar kami bisa tidur bersama. Selama menunggu, biasanya aku menyoret-nyoret buku kosong dengan pensil yang telah ia sediakan.

            "Nanti aku mau sekolah bareng kakak," aku mengatakan kalimat tersebut sambil mengikuti menulis tulisan yang Kak Reno tulis.

            "Kalau kamu udah besar kita sekolah bareng, makanya kamu cepat besar, ya." Kak Reno menjawab ucapanku yang kala itu masih sibuk dengan buku pelajarannya.

            "Aku mau sekarang aja deh, sekolah bareng kakaknya."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline