Lihat ke Halaman Asli

Mawar Ini Mawar Duka

Diperbarui: 26 Oktober 2021   19:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mawar ini mawar duka,
Mawar yang kupetik selepas awan kelabu baru saja berlalu.
Sementara dari kelopak kecilnya,
yang merekah pada guliran waktu yang melaju tanpa ragu,
berbisik tentang tumpukan memori-memori bisu,
yang telah mengkristal pada bening embun di penghujung pagi.
Lihat! Dia memandang penuh tatapan sayu,
dan terkulai layu pada gundukan hati,
yang mengaraknya kepada mahligai rindu.
Lalu kuncup-kuncup kuncup mungilnya merekah di sekelimun kalbu,
Tampak seperti barisan pelangi yang datang di akhir badai tempias hujan.
Tetapi kini, mawar ini perlahan berdekut membisu,
Hanya berpasrah pada semilir angin yang datang lalu pergi,
Laksana irama musik yang bermain kemudian berhenti.
  Seseduh harapan menguap pada singgasana Langit Mahasuci,
Tempat menaruh segala impian dan harapan yang tertulis abadi pada kedua loh hati.
Hingga mawar ini pun tumbuh subur dan berbinar penuh ceria,
Di taman tempat kita menyatu dalam pucuk-pucuk cinta,
Agar kebersamaan ini terkenang abadi selalu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline