Lihat ke Halaman Asli

Maria Fillieta Kusumantara

S1 Akuntansi Atma Jaya

Kombinasikan Potret Kelam Kehidupan dan Fashion, Phillipp Plein Ramaikan Milan Fashion Week

Diperbarui: 26 September 2021   13:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

'Now you on Earth worship false idols. The emptiness of your existence. Game Over', kutipan dari buku Markarian 421 Transmissions : A Report on Planet Earth oleh Joseph Lally menjadi tajuk utama dalam presentasi digital Phillipp Plein di Milan Fashion Week kali ini. Mengusung format fashion film, koleksi Phillip Plein Spring Summer 2022 ini dibagi ke dalam 4 babak yang disebutnya sebagai Night Games. Penampakan sebuah robot Transformers diapit kedua anak tangga menyapa kita usai pintu rumah mewah bak kerajaan itu dibuka. 

Sejenak kita mungkin berpikir, apa hubungannya antara fashion dengan robot? Hmm menurut saya ini seperti sebuah realitas dimana saat ini banyak orang berlaku seperti robot,menjalankan rutinitas, kebiasaan dan budaya sekaligus terlena dengan berbagai kemewahan dan kemudahan hidup yang dia miliki tanpa memikirkan konsekuensinya. Lewat Game pertama yang mengambil setting di Chateau Falconview, Phillipp mengajak kita menyelami realitas kelam 'Game of Chance' saat seorang wanita cantik dijadikan bahan taruhan dalam permainan catur antar dua kubu lelaki. 

Sembari memamerkan koleksi Ready-To-Wear Spring Summer 2022 dengan sequin and velvet yet sporty modern look sebagai highlightnya, Phillipp menyiratkan pesan bahwa sejatinya wanita tidak pantas dijadikan bahan taruhan dan di akhir game ia melanjutkan bahwa sah-sah saja sebagai wanita kita berhak menolak dan menghapuskan budaya itu meski tidak harus sebrutal yang dilakukan dalam film besutannya. 

Game kedua dilanjutkan dengan tajuk 'She was without a name. To have a name, is to have a identity'. Suara tembakan ke arah patung di depan chateau tentu mengagetkan kita. Namun, bukan Phillip Plein namanya kalau tidak membuat plot twist sekaligus menyuguhkan deretan busana indah rancangannya. Berbeda dengan highlight di game sebelumnya, kali ini Phillip lebih memilih menampilkan busana sederhana, elegan namun disertai sedikit sentuhan artsy. Country look sangat terasa dalam game ketiga ditandai dengan topi koboi, jaket, sepatu boot dan setelan suit glamor. 

Sebagai pamungkas dan juga plot twist tentu kita terkejut bukan main di Game ke 4 dimana seluruh teman sang wanita menjadi manusia berkepala kelinci dengan selang infus dan kantong darah. Seakan Phillipp menyiratkan pesan bahwa kejahatan apapun yang dilakukan manusia di masa lalu akan ada konsekuensi hukum dan sosial yang harus mereka hadapi, tidak melulu hukuman penjara, hukuman 'nyaris' seperti hukuman mati dan tidak manusiawi seperti itu terkadang juga ada. Terlebih lagi ditinggalkan oleh teman dan juga kehilangan kepercayaan orang lain. 

Busana bercorak warna-warni dan lebih santai namun tetap glamor sangat ditonjolkan dalam sesi ini. Yang paling saya suka, saat game dinyatakan telah berakhir, ada semacam penyelamatan kehidupan manusia yang kelam layaknya bagaikan sang dewi yang turun dari langit memberi pengampunan dan kelegaan bagi manusia. Mengusung konsep yang sama sekali berbeda dari game-game sebelumnya, Phillipp membawa tren baru face mask (not look a like Kim's Style at Met Gala) berlapis kristal dan aneka payet ke dalam look sang dewi dengan tetap menonjolkan country look dengan kesan tegas dan garang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline