Lihat ke Halaman Asli

Mappa Sikra

One Life, live it

Prosesi Adat Harus Tetap Dipertahankan

Diperbarui: 7 Agustus 2020   19:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Agus Tantomo bersama isteri Fika Juliana dalam balutan busana Dayak (dokpri)

SECARA bergantian selama 12 bulan, ada saja kegiatan budaya dan pesta adat yang digelar warga masyarakat.  Baik warga yang ada di pesisir pantai, di Pulau, di Pedalaman maupun dua kesultanan Sambaliung dan Gunung Tabur. Ini adalah asset besar yang harus dipertahankan.

Di Talisayan misalnya, ada perayaan yang dinamakan Buang Naas. Ini sudah lama ada. Prosesi sederhana, bagi wabup Agus Tantomo, adalah sebuah prosesi yang bisa menjadi daya tarik wisata.

Tak jauh beda dengan prosesi Mappanretasi (bahasa Bugis Mappanre dan Tasi, (Indonesia) memberi makan laut) atau lebih dikenal dengan Pesta Laut atau Pesta Pantai, adalah sebuah festival adat suku Bugis yang diturunkan secara turun-temurun dan dilaksanakan setiap bulan April di Pagatan, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.

"Pesta adat di Talisayan itu, akan kita kemas dengan meriah sebgai salah satu potensi daya tarik wisata,"kata Agus

Di Tanjung Batu ibukota kecamatan Pulau Derawan pun demikian. Ada prosesi melarung persembahan ke laut, dengan harapan warga tetap diberikan kesehatan dan sebagai ungkapan rasa syukur warga yang umumnya adalah nelayan. Doanya tetap pada ajaran agama yang diyakini.

Secara perorangan di pulau Derawan,  masih sering dilakukan warga. Prosesi ini menarik dan bisa menjadi pemikat bagi wisata.  Tinggal bagaimana menyesuaikan kalender kegiatan warga, agar bisa disaksikan.  Sebab, prosesinya berlangsung cepat.

Di wilayah pedalaman, menurut Wabup Agus Tantomo juga begitu.  Mulai dari kampung Bena Baru, kampung Merasa, kampung Tepian Buah dan hampir semua kampung dalam wilayah Segah dan Kelay, punya prosesi adat yang dilaksanakan setiap tahunnya. "Ini yang harus dikemas dengan baik dan dikembangkan secara terus menerus dan dari generasi ke generasi," ungkapnya.

Ia yakin, prosesi adat 'Baturunan' ataupun 'Pallas banua' di kekerabatan kesultanan Sambaliung dan Gunmung Tabur, ada yang lebih meriah lagi yang pernah dilaksanakan sejak dahulu. "pernah saya menyaksikan prosesi itu berlangsung meriah, dengan perahu berbalut kain kuning, menyeberangi sungai Segah,"tandasnya.

Jadi, semua itu tak bisa dilupakan. Biarkan apa yang berkembang di masyarakat terus dijaga dan dipelihara. Sebab, itu  akan menjadi refleksi perjalanan sejarah, adat dan budya  yang bisa disaksikan oleh generasi sekarang.(*)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline