Lihat ke Halaman Asli

Mencari Sambal di McDonalds

Diperbarui: 20 Juni 2015   02:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jam 9 pagi pada hari Rabu kemarin saya sudah berada di Mataram Mall-Lombok. Belum sempat sarapan karena berangkat pagi-pagi dari rumah.

Masuk di penyedia makanan cepat saji McDonalds. Memesan paket Panas , terlihat di gambar terdiri dari nasi, kentucky dan segelas minuman, entah apa. Dengan harga 24.000 rupiah. Ini untuk pertama kali seumur hidup saya melakukannya.

Belasan tahun yang lalu saat masih menjadi mahasiswa memang sering saya dan teman-teman masuk di sini. Tapi bukan untuk makan. Sekedar membeli es krim, makanan termurah di McDonalds. Seharga 2.000 rupiah saat itu. Nasinya terlalu mahal, harganya bisa digunakan sepuluh kali makan di nasi balap pinggir jalan, atau dua puluh kali makan jika masak sendiri.

Jangan ditanya lagi apa tujuan kami ke Mall waktu itu. Hanya cuci mata, atau paling keren melihat-lihat buku di toko Kharisma. Tidak ada beli-beli. Kami ke Mall pun dengan taksi patungan. Sekedar untuk gaya. Berhubung ongkos taksi tidak terlalu beda dengan bemo kota jika dibayar dengan sistim gotong royong. Lima atau empat orang.

Pernah juga saat itu saya makan spaghetti di sini. Tapi tidak beli sendiri, dipesankan teman cewek. Saya ikuti apa yang dia pesan. Ternyata makanan yang berasal dari Italy itu tidak sekeren namanya, yang sering saya baca di novel-novel. Hanya mie bongsor berbalut saos. Sedikit menyesal. Sejak siang belum sempat makan. Dan sekarang harus makan malam dengan makanan aneh itu. Mana mungkin bisa kenyang. Mau pesan nasi lagi, malu karena ditraktir. Mau ulang makan di warung nasi balap gak mungkin.

Kembali ke cerita pagi Rabu kemarin. Setelah memesan Paket Panas 1 saya mulai bingung. Apakah harus berdiri menunggu pesanan atau langsung duduk di meja. Mau berdiri risih, segerombolan bule sedang berdiri menunggu pesanannya. Saya akan tampak kecil dan aneh jika ikut berdiri bersama raksasa-raksasa Eropa itu. Mau langsung duduk, tapi orang berdiri menunggu pesanannya. Ah cuek saja, langsung saja duduk.

Tidak lama pesanan datang. Namanya saja makanan cepat saji ya? Makan dimulai. Tapi... ups, nasi ayam ala McDonalds itu tidak ada sambalnya. Masak saya harus makan tanpa sambal? Saya cari-cari mungkin terselip di bungkus nasi. Tapi memang tidak ada. Apa karena ini paket paling murah, fikir saya. Coba tadi pesan paket yang 27.000, mungkin ada sambalnya. Tapi tidak apa. Mungkin ini gaya hidup orang modern, makan tanpa sambal.

Sekarang cuci tangan. Saya edarkan pandangan ke segenap penjuru ruangan. Astaga. Setelah tidak disediakan sambal sekarang tempat cuci tangan juga tidak ada. Sendokpun tidak ada. Keterlaluan McDonalds.

Selesai makan terasa tangan tidak nyaman. Lengket. Biarpun sudah dibersihkan dengan dua lembar tisu. Padahal saya di keluarga selalu diledek karena makan  dengan ujung-ujung jari. Seperti burung kata mereka. Bagaimana dengan orang yang biasa makan dengan sepenuh telapak tangan?

Sebelum keluar saya berniat mengambil brosur di sebuah meja. Entah brosur apa. Saya kaget. Ternyata di meja itu tempat orang cuci tangan. Ada keran kecil. Tidak kentara. Entah airnya akan mengalir kemana. Mungkin hanya untuk membasahkan tangan sedikit. Makanya saya tidak menyangka itu tempat cuci tangan.

Saat akan menekan keran, saya mengurungkan niat. Nampak bekas cipratan sambal. Sedikit. Tidak kentara. Masyaallah... ternyata bukan tempat cuci tangan. Tapi tempat mengambil sambal. Ada plastik-plastik  kecil warna putih sebesar tutup botol disediakan untuk mengambil sambal. Padahal saya sudah menengadahkan tangan di bawah keran. Tentu sangat memalukan jika ada yang melihat. Saya celingak-celinguk. Sukur tidak ada yang memperhatikan. Lebih sukur lagi tidak ada yang berdiri antri di belakang mengambil sambal.

Tangan yang sudah siap-siap dicuci pakai sambal itu saya tarik cepat-cepat. Meliuk ke tumpukan brosur. Mengambil beberapa lembar, yang ternyata jadwal piala dunia. Kemudian duduk menenangkan diri. Disaat itulah saya melihat seorang pengunjung mencuci tangan di sebuah botol. Bukan dengan air. Tapi dengan cairan pembersih tangan, hand sanitizer.

Ternyata begini jadinya kalau orang kampung coba-coba sarapan di McDonalds, hehe...***




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline