Lihat ke Halaman Asli

Listhia H. Rahman

TERVERIFIKASI

Ahli Gizi

Putus Cinta Bukan Hanya Soal Tangisan, Tetapi Ikhlaskan...

Diperbarui: 18 Oktober 2016   23:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi I www.womenshealthmag.com


Siapapun tak ada yang berharap putus pada hubungan. Namun, bagaimana jika dalam perjalanan "putus" jadi pilihan satu-satunya ?

Tidak ada yang bisa menjamin, apakah hubunganmu yang kamu jalani hari ini akan berlanjut sampai nanti. Karena hati manusia siapa tahu. Kecuali pemilik-Nya.

Kita memang tak akan pernah tahu apa yang akan terjadi esok.Maka tak perlulah mencari tahu akan menjadi seperti apa,biar jadi misteri. Kita hanya cukup mengerti. Bahwa selalu ada risiko dari apa yang kita ambil. Termasuk ketika menjadi jatuh cinta yang menawarkan rasa sakit, saat harus menjadi putus.

Ikhlas. Barangkali modal yang harus dipunyai pada tiap hati yang menjadi putus. Karena putus cinta membutuhkan energinya untuk...

Membiasakan Kamu Melalui Hari-hari Tanpa Terima Kabarnya lagi

Pada awalnya, inilah sesuatu yang jelas terasa perbedaannya. Wajar, karena hari-hari sebelumnya, di tiap jam atau menit layar ponselmu tak pernah absen chat darinya. Lalu tiba-tiba jadi tak ada lagi, sama sekali.

Menanyakan kabar yang jadi rutinitas, jadi sesuatu yang gengsi. Dia tanpa kabarmu, pun kamu tanpa kabarnya. Aneh? Iya..Karena kalian sama-sama telah menjadi bagian dari kebiasaan.

Untuk itu, butuh kebiasaan juga untuk tanpa kabarnya. Dibantu ikhlas.

Menerima Bahwa Dia akan Mendapatkan Seseorang, tetapi Bukan Kamu

Dia sudah bukan satu-satunya untukmu lagi. Dia jadi mahluk bebas , mendekati siapa saja. Jadi,ketika dia lalu berusaha mencari penggantimu,kamu tak berhak jadi cemburu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline