Lihat ke Halaman Asli

Leni Marlins

freelancer

Belum Punya Rumah? Ini Cara Jenius Mewujudkannya

Diperbarui: 19 Juli 2017   11:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: johnfowlers.co.uk/

Saat masih lajang, prioritas hidup saya adalah mencari pengalaman baru dengan cara traveling. Saya bersama teman-teman menjelajahi Indonesia, mulai dari mengunjungi Kampung Suku Baduy di Banten hingga backpacker-an ke Lombok dengan anggaran terbatas. Banyak hal menarik yang saya rasakan dan nikmati melalui aktivitas itu. Meskipun penjelajahan yang saya lakukan masih belum sempurna betul, saya cukup puas karena sudah menghabiskan sebagian usia muda (dan penghasilan) saya untuk pergi ke mana-mana.

Hidup terus berjalan. Ada banyak perubahan kondisi yang saya alami. Menikah, lalu punya anak. Saya tentu tak bisa lagi melayap ke mana-mana. Bukan hanya soal waktu, tapi juga dana. Lha, daripada membeli tiket kereta atau penginapan, saya lebih memilih untuk membeli susu atau popok anak. Di titik inilah saya tahu, prioritas saya sudah berubah.

Bukan hanya itu, sebagai keluarga baru, kami tentu butuh rumah. Saya rasa, ini adalah tantangan sebagian besar keluarga muda zaman sekarang. Dengan mahalnya harga rumah, banyak pasangan yang hanya sanggup mengontrak atau tinggal di rumah mertua. Bahkan hingga punya anak dan anaknya mulai bersekolah, rumah belum juga mampu dibeli. Bagaimana tidak, harga rumah saat ini melambung tinggi sekali. Jangankan di kota besar, di daerah pinggiran saja tanah semeter sudah berharga jutaan. Kan, ini menyedihkan..

Akan tetapi, sebagai manusia, kita wajib berusaha. Cari informasi sana sini untuk mendapatkan cara paling strategis untuk membeli rumah. Tidak perlu tunai, kredit pun tak apa-apa. Semua itu dimulai dari kemauan. Setelah kemauan terkumpul, waktunya untuk beraksi. Nah, aksi apa yang harus dilakukan? Sangat sederhana, kok. Intinya adalah pengelolaan keuangan, dalam bentuk mengontrol pengeluaran (dan menambah pemasukan).

Mari kita fokus pada bagian pengeluaran. Setiap orang tentu memiliki penghasilan, baik harian, mingguan, atau bulanan. Besar kecilnya relatif dan bukan sebuah penentu utama berhasil tidaknya kita untuk mencapai tujuan. Penghasilan inilah yang harus dikelola supaya dapat memenuhi seluruh kebutuhan, baik primer maupun sekunder, dan kebutuhan lainnya. 

Cara mengelolanya beragam dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan maupun karakter masing-masing. Kalau saya? Saya merasa beruntung mengenal salah satu pilihan jenius, aplikasi Jenius dari BTPN, yaitu cara baru untuk mengelola keuangan di zaman modern. Bayangkan, dengan aplikasi ini, kita tidak perlu lagi repot-repot datang ke bank untuk melakukan transaksi, cukup dengan senjata berupa smartphone yang sehari-hari digunakan. Dunia benar-benar kini berada dalam genggaman dan dapat dimanfaatkan secara maksimal.

20196352-10212017468105968-917101607-o-596edebe2bbb136d421f4642.png

Nah, bagi Anda yang belum mengenal Jenius, berikut saya paparkan secara singkat.

APA ITU JENIUS?

Kalau ada yang tanya, "Apa itu Jenius?" Saya akan jawab: "Ini adalah terobosan". Tak bisa dimungkiri, Jenius jauh berbeda dari bentuk aplikasi financial planning lain yang sudah ada.

Di Jenius, kita cukup pakai nama sebagai pengganti nomor rekening. Tidak perlu susah lagi untuk mengingat deretan angka-angka nomor rekening.

Siapa pun WNI yang sudah memiliki KTP dan smartphone bisa memiliki akun di Jenius.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline