Lihat ke Halaman Asli

Latifah Maurinta

TERVERIFIKASI

Penulis Novel

[Dear Malaikat Izrail] Kesepian, Peluklah Aku

Diperbarui: 7 April 2019   06:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image by Anemone123 from Pixabay

Kesepian, Peluklah Aku

Punggungnya sakit, sakit sekali. Hantaman peluru membuat tubuh Andrio berdarah-darah. Ia ingin berteriak, tapi tak bisa. Tenggorokannya serasa ditusuk ratusan pisau panas. Perih dan menyakitkan.

Sepasang lengan kokoh menariknya menjauh. Apakah ini kematian? Ataukah kesepian? Andrio serasa jatuh, jatuh begitu dalam.

Samar masih dilihatnya orang-orang berbaju hitam menembaki masjid, meledakkan gereja dengan bom, dan melempari vihara dengan granat. Mereka kejam, sangat kejam. Andrio ingin melawan mereka, ingin mencegah mereka. Namun, tubuhnya telah terjatuh teramat dalam.

Sakitnya tak tertahankan. Kini, tubuhnya bagai dilempar ke dasar kolam yang sangat dingin. Kolam apa ini? Mengapa airnya berwarna merah?

Ya, Allah, bahkan kemoterapi tak sesakit ini. Andrio teringat sesi terakhir kemoterapinya. Saat itu, kondisinya lebih parah dari biasanya. Ia muntah berulang kali dan menolak makan.

"Andrio...anak ganteng...ayo makan, Sayang. Sedikit...aja." Ayah Calvin membujuknya dengan lembut. Andrio menurut. Walaupun setelahnya ia memuntahi jas mahal milik Ayah Calvin.

Ayah Calvin, malaikat pelindungnya. Ayah Calvin, pengganti Mommy. Air mata Andrio meleleh.

Kolam menghilang. Anak ganteng itu kini berdiri di lorong panjang kebiruan. Sepi sekali. Andrio melangkah pelan memutari lorong, mencari orang-orang yang disayanginya. Ia terus berjalan meski kesakitan.

"Aduh..." rintih Andrio.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline