Lihat ke Halaman Asli

Komunitas Lagi Nulis

Komunitas menulis

Batas Suci Hati

Diperbarui: 27 Juni 2022   10:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: pinterest/We Heart It

Oleh ; Intafiah

"Kita terlahir dalam kedaan suci hanya saja perilaku bodoh kitalah yang kerap kali membuat diri ini menjadi kotor. Mari, milikilah prinsip hidup agar kitab bisa menjaga diri sendiri dari kebodohan yang bisa merusak diri sendiri".

Aku pernah membaca sebuah buku yang berjudul "Ubah Patah Hati Menjadi Prestasi" karya Dwi Suwikyo. Pada salah satu bab di awal buku dikisahkan ada sebuah sekolah yang digegerkan dengan sebuah kabar. 

Seorang siswi tiba-tiba saja berpamitan ke teman-temannya. Sehari sebelumnya, Ia juga sudah berpamitan kepada guru-guru. Dan dua hari sebelumnya ia juga sudah bertemu kepala sekolah. Ada masalah apa sebenarnya? Itulah rata-rata pertanyaan yang santer dibicarakan.

"Apa kamu yakin?" tanya kepala sekolah itu. Siswi tadi hanya diam saja. Si ibunya menjawab, "Kami juga sudah memastikan bapak, anak kami tetap yakin ingin pindah sekolah".

"Bagi kami sangat disayangkan kalau kamu pindah, sebab kamu termasuk siswi berprestasi" kata kepala sekolah."

Setelah pertemuan itu akhirnya siswi tersebut pindah. Kabar burungpun mulai tersebar, ia pindah lantaran satu alasan yang menurut teman-temannya sangat konyol. Banyak pro-kontra di antara pendapat-pendapat mereka. Sampai pada saat hari Senin   pagipun masih sempat disinggung oleh kepala sekolah ketika memberikan pidato. Beliau mengimbau "Bergaullah secara wajar di sekolah ini. Fokuslah belajar. Jangan sampai membuat tidak nyaman orang lain".

Kabar terakhir, Si Siswi tersebut pindah ke asrama putri, sebuah boarding school yang hanya menerima siswi muslimah saja. Beberapa teman dari sekolah lamanya masih sempat bertemu lagi dengannya saat lomba kejuaraan akutansi se-provinsi. Dan dia menjadi juara pertamanya.

Begitulah setiap orang memiliki tingkat kenyamanan atau privasinya sendiri-sendiri. Setiap orang berhak untuk menjalani hidup dengan ihsan versi masing-masing.

Tentu kalian pernahkan melihat peringatan "Jangan injak rumput ini!" pada sebuah taman kota atau di tempat lain. Hal tersebut dimaksudkan sebagai imbauan sekaligus larangan. Setelah sudah diberikan imbauan tersebut apakah peringatan itu cukup efektif untuk mencegah orang-orang untuk tidak menginjak rumput yang ada di sana? Ouh tentu tidak. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline