Lihat ke Halaman Asli

Krismas Situmorang

Guru, Blogger Indonesia

Jebakan Fake Productivity yang Mengintai Tenaga Pendidik

Diperbarui: 8 Mei 2024   00:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar Fake Productivity, sumber: ilmu.lpkn.id

Menjadi orang yang produktif dikenali  dari aktivitas yang menghasilkan sesuatu yang bernilai atau bermakna. Sikap berdiam diri dan pasif, terkesan sebagai sikap boros waktu dan malas. Fake productivity atau produktivitas semu bisa menjadi jebakan yang mengintai jika tidak diatasi dengan bijak. Produktif berdampak positif. Tetapi apakah sikap tersebut sudah benar-benar produktif atau sekedar terlihat produktif? Tentu merupakan hal yang bijaksana jika dapat menemukan langkah-langkah untuk mengenali dan mengatasinya.

Fake productivity atau produktivitas semu bisa menjadi jebakan yang mengintai jika tidak diatasi dengan bijak. Tentu, hal yang bijaksana jika individu dapat menemukan langkah-langkah untuk mengenali dan mengatasinya.

Apa ciri-cirinya?

Banyak orang merasa terpacu untuk melakukan fake productivity karena menganggap tugas yang dikerjakan cenderung lebih kecil. Namun, fake productivity tetap menonjolkan seseorang terlihat sibuk, kan?

Hal pertama yang bisa dilakukan adalah mengenali ciri-cirinya. Biasanya hal yang paling terlihat adalah terjadinya peningkatan kesibukan yang tinggi tetapi tidak menghasilkan sesuatu hal yang berarti dan cenderung tidak menghasilkan kualitas  kerja yang baik.

Kemudian, ciri lain akan terlihat pada sikap menghindari tugas yang sebenarnya penting. Sebaliknya, yang dilakukan justru sibuk dengan tugas-tugas yang tidak memberikan dampak pada tujuan akhir.

Ciri lain yang tampak adalah sering merasa cemas atau stres meski dalam kondisi sibuk. Hal ini sudah mengindikasi bahwa seseorang sedang berada dalam keadaan tidak benar-benar produktif.

Action - Lakukan

Jika sudah menemukan ciri-ciri keadaan yang menunjukkan kondisi produktivitas yang semu, maka langkah selanjutnya yang dapat ditempuh adalah berusaha fokus pada tugas-tugas yang memiliki dampak nyata pada arah tujuan yang mau dicapai. Dengan kata lain, mulailah memprioritaskan tindakan yang bijak.

Ada baiknya membuat suatu rencana kerja yang jelas berisi tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang secara lebih spesifik. Tujuan-tujuan tersebut harus dapat menjadi tugas-tugas yang dapat diukur dan dijangkau.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline