Lihat ke Halaman Asli

Kompasiana News

TERVERIFIKASI

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Anies Siap Hadapi Pengembang dan Dilan yang Dibuatkan Taman

Diperbarui: 4 Maret 2019   12:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anies Baswedan (Foto: KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO)

Tanggal 24 Februari 2019 dideklarasikan menjadi Hari Dilan. Pada hari itu diadakan konvoi, soft launching Taman Dilan, hingga gala premiere film Dilan 1991 di seluruh biskop di Bandung.

Pembuatan taman dan penetapan "Hari Dilan" bertujuan untuk mengabadikan pencapaian positif film yang diangkat dari novel karya Pidi Baiq dengan judul yang sama: Dilan.

Melihat pencapaian positif film tersebut, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bertujuan untuk mengabadikannya menjadi sebuah taman. Rencananya, lokasi Taman Dilan berada di GOR Saparua, Bandung. Taman ini nanti akan diisi dengan mural dan gambar para pemeran film Dilan. Selain itu, kalimat-kalimat khas dari Pidi Baiq akan mewarnai taman tersebut.

Akan tetapi perencanaan itu membuat polemik. Himam Miladi melihat, terlepas faktor kesuksesan pasar, baik itu novel maupun filmnya, mengabadikan nama tokoh fiksi untuk nama sebuah fasilitas publik sangat berlebihan.

Selain tentang penamaan Taman Dilan, masih ada kisah inspiratif anak petani yang bisa bersekolah ke Eropa. Inilah 5 artikel populer di Kompasiana selama sepekan ini.

1. Hari dan Taman Dilan, Apakah Kita Kekurangan Tokoh Panutan?

Fasilitas publik yang berupa taman, jalan atau gedung, menurut Himam Miladi adalah simbol bagi sebuah kota. Sebagai simbol, ia tidak hanya berfungsi sekadar hiasan atau aksesori saja. Lebih dari itu, ia juga bisa mempresentasi sebuah identitas dari masyarakat kota tersebut.

Meski sebenarnya ia juga mendukung apa yang diinisiasi oleh Kang Kamil (sapaan Gubernur Ridwan Kamil) untuk membangun sebuah taman bagi anak-anak muda, apalagi diharapkan bisa mendongkrak pariwisata daerah. Tapi, yang kemudian menjadi pertanyaan adalah apakah tidak ada nama dari tokoh yang lebih layak, yang lebih bisa dijadikan panutan daripada nama karakter fiksi?

Sebab bila ingin mengabadikan sebuah nama sama artinya dengan mengharapkan masyarakat memiliki memori kolektif terhadap nama tersebut.

"Tanpa merendahkan kualitas novel atau filmnya, dan juga tanpa merendahkan apa yang sudah dicapai Pidi Baiq melalui karakter Dilan, wacana membuat Taman Dilan dan penyebutan Hari Dilan membuat saya bertanya-tanya; apakah ada yang bisa dicontoh atau dijadikan panutan dalam sosok Dilan bagi generasi mendatang?" tulis Himam Miladi. (Baca selengkapnya)

2. Demi Warga Apartemen, Anies Siap Hadapi Pengembang

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline