Lihat ke Halaman Asli

Koming Art

Guru di SMK Negeri 1 Bebandem

Mengukir Buah Menggunakan Multi Fruit dengan 6M Pembelajaran

Diperbarui: 31 Mei 2023   16:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Koleksi Pribadi

A. PENDAHULUAN

Terinspirasi dari channel Youtube Trans7 Official dalam acara “Hitam Putih” dibawakan oleh Deddy Corbuzier yang membahas tentang kesusksesan seseorang yang memiliki ketrampilan Fruit Carving dengan bayaran jutaan rupiah sekali display, penulis berkeinginan mengembangkan materi seni budaya agar lebih bermakna bagi siswa dan dapat dijadikan bekal keterampilan hidup khususnya di kelas X.Kuliner SMK Negeri 1 Bebandem, Karangasem, Bali.  

Sejalan dengan itu, beberapa alumni SMK Negeri 1 Bebandem juga menyampaikan betapa bermanfaatnya keterampilan Fruit Carving untuk menunjang pekerjaan mereka di hotel. Sempat juga berbagi pengalaman dengan teman guru yang pernah berkerja di kapal pesiar, beliau menyampaikan tenaga kapal pesiar yang memiliki skill Fruit Carving gajinya bisa mencapai puluhan juta. Berbekal dari cerita di atas penulis semakin tergerak untuk memberikan materi Fruit Carving pada pelajaran seni budaya kelas X. Kuliner di SMK Negeri 1 Bebandem untuk memberikan siswa skill sebagai bekal untuk hidup. 

Fruit Carving adalah seni mengukir buah yang digunakan untuk jamuan di kerajaan-kerajaan Thailand (Suwannarak, 2014). Lama kelamaan seni Fruit Carving semakin berkembang tidak hanya untuk jamuan di kerajaan Thailand tetapi menjadi salah satu cara untuk mempromosikan pariwisata atau hotel tertentu. Dari awalnya hanya menggunakan buah saja sekarang sudah berkembang menggunakan berbagai macam sayur-sayuran namun, seni ini tetap populer dengan sebutan Fruit Carving.

Beberapa tantangan dalam pembelajaran ini adalah, Fruit Carving termasuk salah satu ilmu yang cukup mahal karena setiap praktiknya memerlukan buah. Sehingga cukup memberatkan siswa yang ekonominya menengah ke bawah, dan akan memberatkan lagi apabila sekolah tidak memiliki anggaran untuk menyediakan bahan praktik untuk pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan sebuah solusi agar siswa tidak terbebani dalam hal penyediaan buah untuk praktik setiap hari. 

Disamping itu, kemampuan awal mengukir setiap siswa juga berbeda-beda, ini didapatkan dari asesmen awal pembelajaran yang dilakukan. Ada siswa yang sudah mahir namun dan kategori layak namun, beberapa siswa ada yang masih kemampuannya di tahap dasar dan memerlukan intervensi dalam belajar mengukir buah. 

Situasi dan tantangan ini mengingatkan akan pesan Ki Hajar Dewantara yaitu “selamanya engkau akan kumuliakan” ini yang menggugah untuk melakukan pembelajaran yang berorientasi pada siswa dan menggaungkan semarak Merdeka Belajar pada siswa. Merdeka Belajar yang mampu menciptakan pembelajaran yang bermakna, menyenangkan tanpa adanya tekanan dengan selalu memperhatikan kondisi belajar dan minat siswa. 

Dari permasalah di atas dilakukan sebuah inovasi pembelajaran dengan membuatkan siswa media pembelajaran yang dapat membantu siswa belajar mengukir buah, media tersebut adalah Multi Fruit. Multi Fruit adalah sebuah aplikasi multimedia interaktif Fruit Carving (https://bit.ly/tampilan_Multi_Fruit). Aplikasi ini berformat android dan website, bagi siswa yang menginginkan menginstal aplikasi bisa memilih format android sedangkan, siswa yang tidak ingin menginstalnya maka bisa mengakses websitenya.

Multi Fruit dilengkapi dengan informasi seputar mengukir buah seperti pengertian mengukir buah, jenis/bentuk ukiran buah, alat dan bahan untuk mengukir buah, jenis rangkaian ukiran buah dan video tutorial yang bisa memandu siswa dalam belajar. 

Sifat media yang interaktif  yaitu memungkinkan siswa mengontrol penggunaan aplikasi, akan sangat membantu siswa untuk mencari materi yang diperlukan oleh siwa. Disamping itu, video-video tutorial Fruit Carving pada aplikasi ini juga disisipkan local genius yaitu bentuk ukiran tradisi Bali. Bentuk Fruit Carving ini seperti bentuk ukiran Karang Boma, Karang Sae, topeng Rangda dan topeng Celuluk. Ini juga sejalan dengan konsep Tri-Kon Ki Hajar Dewantara yaitu menciptakan pembelajaran secara kontinyu, bersifat global (konvergen) tanpa melupakan karakter dan kebudayaan sendiri (konsentris) (Sugiarta, 2019).

Tampilan Multi Fruit (Sumber : Koleksi Pribadi)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline