Lihat ke Halaman Asli

Ko In

TERVERIFIKASI

Berikan senyum pada dunia

6 Saran Agar Ikan, Udang, dan Kepiting Tidak Pindah dari Jakarta

Diperbarui: 11 September 2019   21:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Titik-titik air (foto:ko in)

Air sungai yang bau, berwarna coklat sampai hitam menandakan buruknya manajemen lingkungan hidup. Karena rendahnya kesadaran dan gagal paham sebagai penghuni kota atau kawasan, yang bertanggung jawab untuk menjaga bumi beserta segala isinya seperti, tanah, air, udara dan mahluk hidup lainnya.

Alam mengajarkan kita untuk menghargai lingkungan lewat hukum sebab akibat sampai rantai makanan. Realitas yang tidak dapat diindahkan oleh manusia.

Sungai bukan tempat pembuangan akhir sampah atau limbah. Bukan pula tempat menghanyutkan segala macam kotoran. Tapi sungai adalah salah satu jalan bagi air untuk memurnikan diri. Air perlu berolahraga, apakah dengan mengalir pelan seperti orang melakukan jalan santai, lari maraton atau sprint. Agar sungai layak menjadi tempat tinggal mahluk hidup lainnya karena airnya memiliki kandungan oksigen yang cukup. Bebas dari zat-zat berbahaya yang mengancam kehidupan.

Udang, kepiting dan sebagian Ikan sudah lama pindah dari Jakarta

Manakala ikan, udang atau kepiting sulit ditemukan lagi di sungai-sungai di Jakarta. Mestinya warga Jakarta sadar ada yang salah dengan lingkungan hidupnya. Ada yang salah dengan perilaku hidup warga kota. 

Kondisi sungai dengan airnya yang melintasi Jakarta, jadi cermin sejauh mana kepedulian akan lingkungan dan masalah kesehatan bagi dirinya sendiri.

Maka jangan salahkan ibukota yang akan pindah. Jakarta tidak lagi menarik menjadi ibukota. Tidak lagi sehat untuk ditinggali. Sebagaimana ikan, udang dan kepiting yang sudah lama pindah dari sungai-sungai di Jakarta. Atau mati karena tidak tahan hidup di Jakarta sebab sungainya tercemar.

Berbau, kotor sampai berwarna hitam. Orang terlalu egois memikirkan kepentingan diri sampai lupa bagaimana caranya hidup di lingkungan yang sehat.

(grafis CNN)

Di tahun 1910an, menurut catatan yang ada, jenis ikan di sungai Ciliwung sampai 187 jenis. Namun dari hasil studi dan penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tentang Biota Perairan dan Herpetofauna di Daerah Aliran Sungai Ciliwung dan Cisadane Kajian Hilangnya Keanekaragaman Hayati yang dublikasikan tahun 2010 menunjukkan sungai Ciliwung telah kehilangan jenis ikan asli sebesar 92,5 persen dan Cisadane mencapai 75,6 persen(akurat.com, 24/6/2019)

Masih menurut laporan akurat.com yang mengutip pernyataan Direktur Eksekutif Walhi Jakarta, Tubagus Soleh Ahmadi yang menyebutkan tidak ada sungai di Jakarta yang sehat. Dari tahun 2015 pencemaran air sungai di Jakarta terus meningkat. Sebagian besar mengalami pencemaran berat sekitar 60 sampai 70 persen. Sungai yang airnya mengalami pencemaran terparah sungai Daan Mogot, Ciliwung dan Krukut.

Sungai-sungai di Jakarta yang tercemar semestinya menjadi cermin bagi Jakarta,  untuk bersama-sama melakukan gerakan atau aksi ramah air. Agar Jakarta kembali terlihat bening dari pantulan air-air sungai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline