Lihat ke Halaman Asli

kiprah uniga

KIPRAH UNIGA

Secercah Hidup

Diperbarui: 28 Oktober 2022   01:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Secercah Hidup

Oleh : Tri Puspa Retno Sari


Langit jingga yang membentang indah, kicau burung yang bersahutan untuk memanggil pulang kawanannya, semilir angin yang mengacak-acak rambutku, dan rona senja yang menyinari wajahku. Inilah tempat yang sempurna untuk berpulang.

Aku menaikkan kakiku pada pembatas. Sekali lagi kuhirup udara sejuk di sore ini. Untuk mengingat bagaimana rasanya napas terakhir. Walaupun entah di alam baka, aku mampu mengingatnya atau tidak. Kini aku telah siap.

Menyambut kehidupan baru yang tidak pernah dirasakan manusia hidup sebelumnya. Namun, ketika kaki kananku mulai menginjak udara, sebuah tangan kekar menarikku ke bawah. Membuatku terjatuh di dadanya yang bidang.

"Apa yang kamu lakukan?!" Teriakku marah.

"Seharusnya Aku yang bertanya. Apa yang kamu lakukan? Kamu sedang mencoba mengakhiri hidupmu?" Balasnya dengan teriakan pula.

Aku mendorong tubuhnya dengan kesal dan berdiri.

"Itu bukan urusanmu. Urus saja masalahmu sendiri!" Kesalku.

Dia turut berdiri dan merapikan bajunya. Mengibaskan debu yang menempel pada lengannya.

"Tidak peduli seberapa beratnya masalahmu. Mengakhiri hidup bukanlah pilihan yang tepat. Kamu bisa mencari bantuan untuk meringankan bebanmu," ujarnya.

Aku menatapnya dengan nyalang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline