Lihat ke Halaman Asli

Focus Group Discussion (FGD) tentang Pentingnya TIK untuk Dunia Pendidikan

Diperbarui: 20 Juni 2015   05:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Hiruk-pikuk jelang pemilu presiden dan wakil presiden terus menghiasi media-media lokal maupun nasional di Indonesia. Tak ketinggalan pula kontes sepakbola sejagad, Piala Dunia 2014, yang dalam hitungan hari akan segera bergulir. Namun di tengah semua ini, dunia pendidikan di Jogjakarta seakan tak terpengaruh. Mereka (dunia pendidikan) terus berkarya dan berkontribusi sesuai dengan marwahnya. Salah satunya dapat terlihat dari aktifitas stakeholder pendidikan pada Selasa, 3 Juni 2014 yang menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD).

Bertempat di Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), FGD ini mengambil tema spesifik terkait dengan pentingnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yakni “Meretas Terwujudunya Pembelajaran Berbasis TIK untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013”. Stakeholder yang hadir pada FGD ini terdiri dari unsur pemerintah, perguruan tinggi, Non-Government Organization (NGO) dan dunia bisnis bidang TIK.

Ide mengadakan FGD ini berangkat dari diskusi antara FIP UNY dan Titian Foundation melalui program ICT for Education yang bermitra dengan Reach Out to Asia (ROTA) dan Qatar Petroleum serta didukung oleh Kemdikbud, Intel dan Infest. Antara Titian Foundation dan FIP UNY sama-sama merasa bahwa mereka adalah bagian dari stakeholder pendidikan. Pelibatan stakeholder pendidikanyang lebih luas dipandang menjadi sangat penting. Pihak-pihak ini tentu punya peran masing-masing yang saling terkait satu sama lain dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan melalui pemanfaatan TIK dalam pembelajaran.

Dari unsur pemerintah, FGD ini dihadiri oleh Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) DIY dan Balai Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Balai Tekkomdik) Dikpora DIY. Representasi perguruan tinggi terlihat dari kehadiran akademisi (dosen) dan mahasiswa dari jurusan Pendidikan Pra-sekolah dan Sekolah Dasar (PPSD) dan Kurikulum Teknologi Pendidikan (KTP). Dari NGO ada Titian Foundation sekaligus inisiator diskusi. Tak ketinggalan juga ada Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Korwil DIY dan Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia (APKOMINDO) DPD DIY ikut ambil bagian di FGD ini sebagai representasi dunia bisnis selain ada juga EduKreasi yang merupakan perusahaan bidang pengembangan perangkat lunak untuk pembelajaran.

Secara resmi, acara ini dibuka oleh Dr. Haryanto, M.Pd. selaku Dekan FIP UNY. Dalam sambutannya, beliau mengapresiasi terselenggaranya kegiatan ini. “Kami berharap FGD ini mampu memberikan kontribusi positif bagi peningkatan kualitas pendidikan dengan mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran maupun administrasi sekolah” demikian ungkapnya.

Dengan dipandu oleh Khusnul Aflah dari Titian Foundation sesi diskusi dimulai dengan curah pendapat (brainstorming) terkait pemanfaatan TIK untuk dunia pendidikan. Wendhie Prayitno dari LPMP DIY mengawali diskusi dengan mengungkapkan tantangan saat ini mengenai pemanfaatan TIK untuk dunia pendidikan. Infrastruktur, kompetensi guru dan kurikulum adalah 3 (tiga) tantangan menurutnya. Senada dengan ini, Deni Hardianto dari FIP UNY juga mengungkapkan belum meratanya infrastruktur menjadi kendala juga. Persoalan ini salah satunya disebabkan masih rendahnya komitmen pembuat kebijakan (policy maker), ini yang menjadi sorotan Taufik M. Heriawan perwakilan dari APJII. Selain komitmen pemerintah, Agung Wibowo dari EduKreasi juga mengungkapkan pentingnya komitmen guru itu sendiri.

Apa yang kemudian perlu dilakukan? Beberapa problem ini kemungkinan akan bisa teratasi dengan adanya sinergi antar stakeholder pendidikan di bidang TIK seperti terselenggaranya forum semacam ini, demikian ungkap Supartinah dari UNY. Agus NA dari APKOMINDO mengungkap pentingnya mengawal pemanfaatan TIK untuk hal-hal yang positif termasuk untuk dunia pendidikan. Karena menurutnya, penjualan perangkat IT di Jogja dalam 2 tahun terakhir ini sangat fantastis. Selain itu, perlu juga memandang TIK itu tidak hanya sebagai produk, namun juga harus dipandang sebagai aset. Kalau ini yang terjadi, maka TIK bisa menjadi perangkat sekaligus agen perubahan baik bagi personal sebagai user maupun bagi masyarakat.

Jogja ICT for Education Forum (JIEF)

Sesi diskusi berikutnya adalah terkait pentingnya mengembangkan visi dan misi bersama. Forum ini menyepakati terbentuknya forum bersama yang diberi nama “Jogja ICT for Education Forum (JIEF)” yang memiliki visi; (1) membangun masa depan pendidikan yang lebih bernilai melalui TIK; (2) mendesain dampak TIK dalam pendidikan yang lebih bernilai; (3) membangun sinergi antar stakeholder pendidikan di bidang TIK.

Harapannya forum ini bisa memberikan dukungan interkoneksi antar jaringan dan penyediaan akses ke daerah terpencil. Ini tentu untuk menjawab problem terkait infrastruktur dan akses. Untuk menjawab kebutuhan tentang konten, forum ini harapannya bisa mengkolaborasi antara hardware, software dengan aplikasi dan konten-konten pendidikan. Untuk kepentingan user TIK, forum ini harapannya juga bisa mendukung peningkatan kompetensi guru melalui berbagai kegiatan seperti pelatihan.

Semoga JIEF benar-benar menjadi forum yang mampu memberikan kontribusi nyata bagi peningkatan kualitas pendidikan dengan pemanfaatan TIK.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline