Lihat ke Halaman Asli

Budi

Diperbarui: 30 November 2020   22:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebuah jam besar ditengah kota menunjukkan senja sudah saatnya tenggelam. Menandakan tubuh kecil yang lelah tersebut saatnya metehatkan badan. namun waktu itu sangatlah sulit bagi Budi kecil untuk istirahat sejenak.

Dengan duduk di emperan toko Budi menghitung koran jajakannya. Sedikit laba yang di dapatkandapatkannya hari ini. Dia mulai gelisah dengan pikirannya yang memikirkan entah besok makan apa adik-adiknya. 

Budi kecil masih tetap berdiri lemah dengan membopong koran pagi yang tampak sudah layu. Dia mulai kembali bergegas mengumpulkan semangat untuk terus berjalan mencari laba. Ia mulai mendekati warung-warung yang masih ada pelanggan-pelanggannyapelanggan-pelanggannya.  Dan benar saya insting Budi kecil menghasilkan buah. "Lumayan besok adik-adik ku sudah bisa makan" Ujarnya dalam hati. 

Malam hari itu mungkin malam yang melelahkan bagi Budi. Setelah seharian diguyur hujan ditambah dia belum makan dari siang. Namun di pikirnya hanya bagaimana adik-adiknku memiliki kehidupan yang layak. 

Hari demi hari Budi kecil terus menjalankan pekerjaan serta kewajibannya sebagai pencari nafkah untuk adik-adik nyanya.  Tempaan kehidupan yang berat menjadikan Budi kecilseoranh yang kuat dan sabar. 

"Saya tau saya masih belia. Namun saya tau arti tanggungb jawab" Tingkahnya yang begitu dewasa  sungguh menyayat hati.

seorang Budi kecil adalah sosok kakakkakakyang luar biasa untuk adik-adiknku adiknya. Namun disamping itu dia adalah anak yanga masih mrmpunyai mimpi yang tinggi 

Serta ingin mendapatkan kehidupan lebih baik. 

#cukup




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline