Pendidikan karakter menjadi hal yang urgen dilakukan untuk saat ini. Melihat banyaknya kasus pelanggaran moral di indonesia. Dan yang lebih ironi lagi hal tersebut terjadi dalam dunia pendidikan. Yang mana seharusnya dunia pendidikan adalah tempat bagi orang-orang yang terdidik. Pendidikan tak hanya mencetak generasi yang intelek tetapi juga harus memiliki tingkah laku moralitas dan adab budi pekerti yang luhur.
Seperti karakteristik orang jawa yang identik dengan karakteristik orang yang ramah dan andhap ashor. Makna andhap ashor adalah tidak mengedepankan kelebihan yang dimiliki serta tidak berusaha melebihi orang lain. Makna tersebut diwujudkan dalam bentuk sikap perilaku bersahaja, sopan santun, menghormati, menghargai, tidak sombong, tidak pamer dan tidak angkuh. (R.S. Tedjopremono dan B. R. M. Sindu,1980). Sikap ini mencerminan sila kedua pancasila yani "Kemanusian Yang Adil dan Beradab".
Pada jaman dahulu, orang jawa sangat menjunjung tinggi tata krama, bagaimana bersikap kepada orang yang lebih tua, bagaimana harus bersikap pada orang yang lebih muda, bagaimana harus bersikap pada sesamanya dan bagaimana cara menghormati orang lain seperti guru, kyai dan lain lain. Tingkah laku yang pantas dan tidak pantas untuk dilakukan. Apalagi sebagai seorang terdidik yang dianggap sebagai orang yang berwawasan dan berbudi pekerti yang baik. Namun, pada jaman sekarang tak sedikit anak-anak yang memili sikap kurang menghargai orang yang lebih tua, berani berkata kurang pantas terhadap orang yang lebih tua bahkan mereka berani berkata kasar.
Etika orang jawa yang menjunjung tinggi sopan santun sangatlah sejalan dengan pengamalan nilai-nilai pancasila sila kedua. Maka, dari itu perlu adanya revitalisasi Karakteristik Andhap Ashor yang dilakukan baik dalam pengajaran formal maupun non-formal.