Lihat ke Halaman Asli

Hambar

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

“Kemarilah, Ratna,” suara Edi lembut sambil merengkuh Ratna ke dalam pelukannya. Ratna pun hanya mampu terisak dalam pelukan hangat Edi.

“Tinggallah bersamaku malam ini, sayang,” Edi membujuk Ratna.

“Aku tak bisa, mas. Harap kamu mengerti,” jawab Ratna, masih dengan terisak.

“Tapi malam ini suamimu tak ada di rumah, kan? Dia baru akan pulang dari luar kota seminggu lagi,” Edi masih terus membujuk Ratna. “Aku tahu perasaan kamu. Kamu kesepian, hambar. Tak mungkin kamu berada disini bersamaku sekarang, berlari sejauh ini. Kamu tahu bahwa kamu tak bahagia bersama Roni. Mengapa harus membohongi dirimu? Bukankah berarti kamu membohongi suamimu juga? Ayolah, sayang.”

“Mas...,” Ratna berkata lirih dalam kebimbangan. Dia mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari Edi yang selama ini tidak ditemukannya pada suaminya. Semua ditutupinya karena tidak ingin mempermalukan keluarga besarnya dan suaminya.

Dan Edi seolah dapat membaca pikirannya.

“Mengapa? Kamu ragu? Kamu takut? Lupakan suamimu. Lupakan keluarga besarmu. Malam ini adalah milik kita. Ini adalah kesempatan kita. Akupun sayang....”

“Banguuuuunnnn! Sudah siaaannngg! Tidur aja kerjanya!” pekik Rina, istri Edi, membangunkannya dari tidurnya.

***




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline