Lihat ke Halaman Asli

Benarkah Gubernur NTT Menyudutkan Pendidikan Timor dan Sumba?

Diperbarui: 18 Agustus 2020   12:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto *Fransiskus Xaverius Bala Keban, S.I.Kom

Masyarakat NTT khususnya para pengguna media sosial belakangan ini dihebohkan dengan pernyataan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat yang menyebut bahwa Pulau Sumba dan Timor adalah penyumbang terbesar kemiskinan dan kebodohan. Hal itu ia sampaikan di acara Syukuran HUT ke-9 SMP Negeri 6 Nekamese, Kecamatan Nekamese-Kabupaten Kupang, Sabtu (15/8).

Sebagaimana yang dilansir dari kupang.tribunnews.com dan kabarntt.com

Sontak berbagai reaksi pun timbul dari pernyataan orang nomor satu di provinsi kepulauan ini. Rata-rata netizen mengecam keras pernyataan pemimpinnya itu, bahkan di antaranya secara gamblang menyebut, "karena kami bodoh dan miskin makanya bapak menang di wilayah kami." 

Tidak hanya mengecam, reaksi penyesalan atas ucapan pemimpin pun dilontarkan warganet di kolom komentar sosial media baik itu Facebook maupun Instagram yang intinya meminta pemimpinnya lebih mawas dalam berkata-kata.

Lalu benarkah Gubernur NTT menyudutkan masyarakat Timor dan Sumba?

Tulisan kecil ini hanya sedikit dari pandangan saya untuk kita sebagai pembaca melihat kejadian ini secara komprensif dan bukan parsial. Apalagi menghadirkan polemik lain soal ini. Bagi saya polemik tidak akan menyelesaikan masalah apapun selama kita masih terkotak-kotak pada pandangan masing-masing.

Kemiskinan VS Pendidikan, Mana yang Unggul?

Letak polemik atas pernyataan yang dilontarkan oleh Gubernur tentunya bukan tanpa sebab apalagi disampaikan di forum resmi semacam itu. Sebagai pemimpin dan juga politisi berskala Nasional, Viktor Bungtilu Laiskodat sadar bahwa untuk membangun NTT untuk keluar dari kemiskinan tidak hanya mimpi namun juga dibarengi dengan kerja keras masyarakat sendiri. 

Masyarakat dituntut untuk bisa pintar dan cerdas mengelola potensi untuk kesejahteraannya. Menjadi cerdas dan pintar tentu tidak seperti membalikkan telapak tangan apalagi ditengah realitas pelik pendidikan NTT yang masih karut marut tidak karuan seperti saat ini.

Penulis mencatat berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2019, tercatat 1,385,000 jiwa -- atau 25.2% dari 5.5 juta total penduduk NTT -- bersekolah di tingkat PAUD, pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang tersebar di 7,657 satuan pendidikan formal se-NTT.

Meski demikan, pada jenjang pendidikan menengah, masih terdapat 22.19% penduduk usia sekolah yang belum bersekolah serta masih terdapat 7.49% penduduk NTT usia 10 tahun ke atas yang buta huruf (BPS, 2019). Sedang di satu sisi seperti mutu pembelajaran di kelas mayoritas masih tergolong rendah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline