Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Omong Kosong Tentang Kebahagiaan

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kita terlalu banyak omong kosong tentang kebahagiaan. Akibatnya kebahagiaan hanya jadi omongan. Kalaupun kita bahagia. Tak lebih hanya kebahagiaan kosong. [k4t3dr4]

Setiap orang pasti ingin hidup bahagia. Tetapi bagaimana kebahagiaan yang kita inginkan?

Tak jarang hanyalah kebahagiaan semu yang justru menjadi awal penderitaan. Kebahagiaan yang adalah hanya dalam bentuk perasaan saja.
"Aku sungguh bahagia menjadi pacarnya. Karena dialah pria yan kuimpikan." seru seorang gadis belia.

Selang tiga bulan kemudian si gadis merana dan mengalami kesedihan yang luar binasa.

Apa sebab? Si pria telah berpindah hati ke gadis lain."

Seorang ibu begitu bahagia mendapatkan buah hati yang diidamkannya. "Mas, inilah kebahagiaan hidupku bisa memiliki anak dari kamu." bisiknya lembut kepada suaminya.

Namun kehidupan siapa yang dapat menduga. Sang anak belum berusia setahun sudah harus pergi selama-lamanya. Karena kecelakaan saat pulang mudik.

Wanita itu sedih meratapi nasibnya. Stres dan mengalami goncangan jiwa. Tak kuasa untuk kehilangan si buah hati.
Di mana kebahagiaan dulu yang dimilikinya?

Ada lagi seorang pria muda dan kaya. Setiap hari kelihatan bahagia. Bisa ke mana ia suka. Wanita mana mau dijadikan pacar tinggal pilih saja.

"Bro... Lu tau gak. Gue ini pria yang paling bahagia di dunia. Si Ani, Si Babby, dan si Luna bisa gue jadiin pacar semua."

Dasar nasib tiada yang tahu. Perjalanan pria kaya tersebut harus berakhir duka. Usahanya bangkrut. Hutang menumpuk. Berpenyakitan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline