Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Menjilat Kompasiana

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Kompasiana, bila ibarat gadis, engkau cantik rupawan. Seksi menggoda iman. Banyak pria ingin memiliki dan rela berkorban.  Bila ibarat pria, banyak gadis yang rela mengantri untuk dilamar jadi pacar. Engkau bagaikan pria macho yang selalu menjadi idaman para wanita. Untuk dipangku dalam pelukkanmu.

Kompasiana, bila engkau ibarat rumah. Banyak sekali orang yang ingin memilikimu untuk ditempati menikmati kehidupan. Menjadi tempat yang nyaman untuk berbagi kasih. Tempat yang menyehatkan untuk bertumbuh.

Kompasiana, bila engkau ibarat universitas, maka sungguh lengkap bagi para mahasiswa untuk menimba ilmu dan pengetahuan. Sebuah tempat universal, karena keanekaragaman yang ada. Tempat untuk belajar saling menghargai. Tempat untuk belajar berdebat tanpa caci-maki.

Universitas yang bebas bagi mahasiswanya untuk belajar sebanyak-banyaknya. Di mana dan kapan saja. Tanpa pamrih kelulusan untuk mendapatkan gelar. Karena yang terpenting adalah bisa belajar sambil berbagi.

Kompasiana, ibarat engkau sebuah partai. Engkau adalah partai yang paling demokrasi. Sebab engkau membebaskan kader-kadernya untuk menentukan pilihan. Mau golongan putih boleh, golongan hitam juga terserah. Sebagai partai yang tidak mementingkan politik, jadi bebas dari iuran dari anggotanya. Tidak seperti partai-partai di Indonesia pada umumnya. Kepentingan dan setoran adalah keharuan.

Ibarat buah-buahan, Kompasiana adalah buah durian. Yang wanginya membangkitkan selera bagi siapa saja untuk menjilatinya. Duriannya durian monthong lagi. Banyak isinya, kecil bijinya. Enak tenan!

Kompasiana oh Kompasiana. Sebenarnya belakangan ini, saya agak kecewa dengan dirimu. Menjadi bahan diskusi dibalik layar dengan sesama kompasianer. Tapi karena tulisan ini tujuannya untuk menjilat. Tentu saja kekecewaan itu hanya perlu disimpan rapi saja dibalik dada. Tidak mungkin saya membicarakan keburukannya. Benarkan, teman-teman?

Yang kompak dong jawabnya "BENAAAAAAAAAAR!"
Nah, kan enak mendengarnya.

Namanya juga sedang jatuh cinta, biar ada kejelekannya. Tetap saja yang diingat yang baik-baiknya. Kalau begitu, saya baik, kan???!

# NB. Sesama Kompasianer dilarang saling menjilat ya!.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline