Lihat ke Halaman Asli

Karmani Soekarto

Data Pribadi

Dakon Sang Lorong Waktu, A Time Tunnel 29

Diperbarui: 23 Maret 2017   17:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

menanak nasi, nini Sunaringsasi sudah tidak mengakrabi dengan tempat memasak yang bernama pawon, nini bisa ngliwet hanya sekedar basa basi saja, kalau mampu ngliwet biasanya pasti mengenal menanak nasi menggunakan dandang, kukusan dan kwali.”

Dyah Sunaringsasi :” Benar paman, 800 kemudian dari sekarang, namanya dapur itu sudah kecil tidak sebesar sekarang karena mahalnya harga tanah di kota serta penduduk sudah terlalu padat paman. Menanak nasi tinggal menekan tombol matang dengan sedirinya.”

Prawiro Nitiharjo :” Sekarang waktunya rehat tidur agar digunakan sebaik mungkin, pasti besuk pagi tempat ini sudah terkepung oleh prajurit Kadiri yang ditempatkan di Kepala Kampung, karena kidung yang nini lantunkan tadi pasti mereka menyebarkan dari mulud ke mulud, dalam waktu singkat pasti sampai ke telinga petugas dusun. Kepala Dusun pasti mencurigai kalian sebagai pendatang yang akan membuat keonaran dan melaporkan kalian ke Kepala Dusun. Nah gunakan waktu rehat ini sebaik mungkin agar besuk pagi tidak terlalu lelah.”

Maka mereka menggunakan waktu rehat yang masih tersisa agar badan merasa segar kembali ketika bangun pagi, maka dalam sekejab saja karena kelelahan mereka cepat sekali tertidur.

Digiring ke Kepala Dusun.

Malam itu sekejab Danu Subroto tidur, hanya karena terlena. Kemudianbangun terus berzikir sambil mendengarkan bila terjadi sesuatu. Memang benar menurut pendengaran dengan Aji Sapta Pangrungu lebih dari 10 orang mengitari rumah Prawiro Nitiharjo, sambil mengatur formasi salah seorang mengetuk pintu dengan suara nyaring:” Kalian semua kami tangkap, agar menyerahkan diri, kalian sudah terkepung oleh prajurit Kadiri.”

Sambil berbisik kepada Sunaringsasi, Jose Eko bertanya kepada Danu Subroto dengan bahasa isarat:” Berapa orang?”

Danu Subroto berbicara dengan bahasa isarat pula : “Ada 11 orang, selesaikan menurut caramu dulu. Baru kita menyerah. Ingat jangan ada yang terluka atau terbunuh supaya tidak merepotkan kita. Nanti kita yang menggiring ke Kepala Kampung.”

Boy Gatot :” Kasih aku bagian satu saja untuk melemaskan otot ototku dan menjaga staminaku.” Sebagai seorang petinju profesional tentu di sembarang tempat kalau ada waktu pasti berusaha meliuk liukkan badannya agar tetap lentur guna menghindari pukulan lawan, itulah yang disebut dengan body weaving bagi seorang petinju.

Danu Subroto :” Tidak Boy, nanti kamu hajar seperti kepala prajurit yang lalu akan merepotkan kedudukan kita. Lumpuhkan mereka Jose.”

Beberapa saat kemudian Jose Eko dan Dyah Sunaringsasi membuka pintu
kemudian bergegas keluar :” Paman kenapa kami disuruh menyerah, apa yang
menjadi kesalahan kami?”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline