Lihat ke Halaman Asli

Kronologi Pelarangan Cadar di UIN Sunan Kalijaga

Diperbarui: 10 Maret 2018   13:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi : iStock

Baca ini sampai tuntas, biar makin pinter!

Okey, ini tulisan iseng. Meski iseng, tapi penulis sajikan data pendukung dari berbagai media. Agar kita dapat mengetahui informasi secara menyeluruh tentang pelarangan cadar di UIN Sunan Kalijaga. Enggak separuh-separuh, seperti cintamu pada jomblo di rumah sebelah yang enggak pernah utuh. Bertepuk sebelah tangan. Kasihan.

Pertama, kita tanya "mengapa", "why", "kunaon". Mengapa UIN Sunan Kalijaga mengeluarkan kebijakan pelarangan penggunaan cadar di kampus itu?

Baca dan pahami dahulu alasan mereka ini dengan baik. Sebelum membaca bagian selanjutnya.

Alasan pertama dan paling mendasar adalah UIN Sunan Kalijaga ingin melindungi citra kampusnya dari kesan sebagai kampus Islam radikal seperti yang selama ini berkembang. Ini alasan awal dan pokok.

Kutip :

Kepada CNNIndonesia.com, rektor UIN Sunan Kalijaga Yudian Wahyudi mengatakan, larangan itu salah satunya untuk menghapus kesan radikal di kampusnya. "Lagi-lagi kami tercemar dan ada kesan UIN Kalijaga ini Islamnya radikal. Untuk itu kita ambil tindakan preventif agar di kampus tidak boleh bercadar," kata dia. (Sumber)

Menjaga citra kampusnya dari kesan Islam radikal, serta melakukan tindakan preventif untuk melindungi mahasiswinya dari paham radikal. Tentu seorang rektor memiliki hak untuk melakukan kedua hal itu dong. Menjaga citra kampusnya, serta melindungi mahasiswinya.

Terkait perlindungan pada mahasiswinya, ingat, ini preventif. Baca ulang : PREVENTIF. Jaga-jaga. Menurut penulis, agar jangan sampai ada mahasiswinya jadi tukang bom, baru kampus mengambil kebijakan. Telat. Udah makan korban. Jadi dalam hal ini, pihak kampus sedang menyayangi mahasiswinya.

Kutip :

"Kami melihat gejala itu, kami ingin menyelamatkan mereka, karena mereka ini, jangan sampai ya, tersesat administrasi pendidikan, jadi politik administrasi pendidikan. Mungkin soal aqidah nggak ada masalah. Tetapi kalau mereka melakukan ini, kan sudah banyak kasus di tempat-tempat lain, orang-orang yang didoktrin seperti itu akibatnya hanya akan menjadi korban dari gerakan-gerakan radikal itu," kata Rektor UIN, Yudian Wahyudi. (Sumber)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline