Lihat ke Halaman Asli

kangdandy

Mahasiswa

Miris, Anak Gen Z Sekolah Dasar Sudah Pacaran: Fenomena yang Kian Mengkhawatirkan

Diperbarui: 25 April 2025   20:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi anak sd pacaran(hello sehat https://hellosehat.com/parenting/remaja/tumbuh-kembang-remaja/menghadapi-anak-sd-sudah-pacaran/)

Di tengah kemajuan teknologi dan arus informasi yang tak terbendung, muncul satu fenomena yang membuat banyak pihak mengernyitkan dahi di karenakan anak-anak usia sekolah dasar, yang sejatinya masih berada pada fase bermain dan belajar, kini mulai mengenal dan menjalani hubungan pacaran.

Anak-anak Gen Z yang lahir di era digital tampaknya tumbuh lebih cepat dari generasi sebelumnya. Namun sayangnya, percepatan itu bukan hanya soal pengetahuan dan teknologi, tapi juga dalam hal emosi dan relasi yang belum waktunya. Di berbagai daerah, tak jarang ditemui siswa SD yang dengan bangga menyebut bahwa mereka sudah memiliki pacar. Ada yang saling bertukar hadiah, mengirim pesan cinta lewat media sosial, bahkan merayakan "anniversary" ala pasangan dewasa.

Budaya Pop dan Media Sosial, Pemicu yang Tak Terelakkan

Fenomena ini tak bisa dilepaskan dari derasnya paparan budaya populer. Anak-anak yang terbiasa menonton drama percintaan, video romantis di media sosial, hingga mengikuti kehidupan selebgram cilik yang tampil bak pasangan remaja, secara tak sadar meniru gaya hidup tersebut.

Media sosial yang awalnya menjadi hiburan, kini berubah menjadi panggung. Di sana, ekspresi “pacaran bocil” justru mendapat perhatian besar dan komentar yang tak jarang mendukung. Ini membuat anak-anak merasa perilaku mereka valid dan bahkan membanggakan, tanpa memahami konsekuensi jangka panjang.

Dampak Psikologis dan Sosial yang Tidak Bisa Diabaikan

Pacaran di usia yang terlalu dini dapat menimbulkan gangguan pada perkembangan emosional dan psikososial anak. Mereka belum siap secara mental untuk menjalani hubungan yang menuntut kedewasaan dalam berkomunikasi, mengelola emosi, dan memahami batasan personal. Konflik kecil dalam hubungan pun bisa menimbulkan stres, kecemasan, bahkan rasa rendah diri.

Tak hanya itu, hubungan semacam ini juga dapat mengganggu konsentrasi belajar, memicu perilaku tidak pantas, serta menumbuhkan sikap yang tidak sehat dalam pergaulan. Apa yang seharusnya menjadi fase tumbuh kembang yang penuh rasa ingin tahu terhadap dunia, justru terfokus pada relasi emosional yang belum waktunya.

Perlu Respons Bersama dari Lingkungan Terdekat

Fenomena ini seharusnya menjadi alarm dini, bukan hanya untuk orang tua, tetapi juga lingkungan sekolah dan masyarakat. Edukasi mengenai batasan sosial, pengelolaan emosi, dan pemahaman diri perlu diberikan sejak dini, bukan dengan cara menghakimi, tetapi melalui pendekatan yang ramah dan membangun kesadaran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline