Lihat ke Halaman Asli

Taryadi Sum

TERVERIFIKASI

Taryadi Saja

Masuk PTN, Cobalah Jalur Non SBMPTN

Diperbarui: 19 Oktober 2016   00:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Diterima di perguruan tinggi favorit, bagi sebagian orang mungkin merupakan hal biasa-biasa saja, bagi sebagian orang lagi merupakan keberuntungan dan bagi sebagian orang lagi yang merupakan bagian terbanyak adalah hal yang tidak bisa dicapai.

Agar anak tidak senasib dengan bapaknya yang tidak berkesempatan bersekolah di perguruan tinggi terbaik, saya mengambil hampir setiap kesempatan untuk anak pertama saya beberapa bulan lalu. Harapannya hanya satu, anak saya dapat diterima di perguruan tinggi terbaik, yang tentunya dengan biaya yang terjangkau.

Tahun ajaran 2016/2017 lalu, kesempatan pertama masuk perguruan tinggi adalah melalui jalur undangan (SNMPTN). Setiap sekolah mendapat prosi tertentu untuk sekian persen siswa terbaiknya. Waktu itu anak saya mengambil pilihan pertama Teknik Sipil ITB, pilihan kedua Teknik Sipil UI.

Kesempatan ketiga, anak saya mencoba di STAN yang kebetulan mengadakan seleksi lebih awal. Sebetulnya sama sekali dia sama sekali taka da minat di bidang itu, jika lulus dapat dijadikan peta dimana posisi anak saya di arena testing masuk perguruan tinggi dalam skala nasional. Setelah test di perguruan tinggi di bawah naungan Departemen Keuangan tersebut, anak saya mendapat kabar tidak baik, yaitu tidak lulus di program undangan.

Sebelum pegumuman STAN dibuka, Universitas Pertamina, sebuah perguruan tinggi baru yang “katanya” untuk memenuhi kebutuhan SDM Pertamina dibuka, anak saya juga mendaftar disitu untuk mengikuti seleksi ketiga kalinya disusul dengan SBMPTN, yaitu seleksi bersama masuk perguruan tinggi yang berlangsung secara nasional.

Kabar baik rupanya hanya datang dari Universitas Pertamina dimana anak saya lulus dan masuk ke dalam 15% terbaik sehingga bebas biaya masuk. Ke STAN yang semula hanya untuk dijadikan tolok ukur juga ternyata gagal sehingga tujuan pemetaan itu juga tidak tercapai.

Sebelum dibuka hasil SBMPTN, anak saya mengambil dua kesempatan lagi yaitu UTMI IPB dan SIMAK UI sehingga di luar seleksi undangan yang memang hanya mengandalkan nilai rapot, ada 5 jalur yang ditempuh. Terasa agak serakah sih jika lulus di beberapa tempat, tetapi saya tidak tahu dari lima jalan yang dimasuki itu anak saya bisa masuk atau tidak.

Dua pintu kembali tertutup untuk anak saya dengan gagalnya di SBMPTN dan UTMI IPB. Saya mulai pesimis dan mulai merasakan jangan-jangan anak saya tidak diterima dimana-mana. Ketika itu yang mungkin dapat disalahkan adalah mungkin anak saya terlalu optimis dengan mengambil jurusan yang ramai peminatnya yaitu teknik sipil, kecuali ke UTMI IPB yang mengambil jurusan teknik pangan, sebuah jurusan yang cukup ramai juga peminatnya.

Ketika menyisakan harapan terakhir  SIMAK UI yang  itupun anak saya memilih jurusan teknik sipil, kami mulai resah. Saya mulai melirik Universitas Pertamina yang sudah harus segera daftar ulang dengan SPP 10 juta per semester. Meski anak saya masuk tanpa DSP dan ada nama mentereng Pertamina, saya tetap masih berharap anak saya bisa kuliah di perguruan tinggi negeri. Saya tidak yakin, jika di Univesitas Pertamina selanjutnya akan bekerja di BUMN tersebut.

Seperti yang sengaja, orang tua dibuat posisi skak-ster, batas akhir daftar ulang di Universitas Pertamina bersamaan dengan pengumuman hasil SIMAK UI. Tidak ada jalan lain selain harus daftar ulang di Universitas Pertamina dan merelakan membayar 10 juta untuk SPP semester pertama, yang tidak bisa ditarik kembali jika mengundurkan diri.

Berita baik pertama datang menjelan H-2 penutupan daftar ulang di Universitas Pertamina. Pengumuman SIMAK UI dimajukan satu hari sehingga saya bisa menunggu sampai hari terakhir dari kesempatan terakhir yang ada. Dan berita baik berikutnya datang pada masa injury time, anak saya dinyatakan lulus di program SI regular Teknik Sipil Universitas Indonesia.

Alhamdulillah…..     




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline