Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Ku

Diperbarui: 12 April 2022   18:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Sesampai didepan pintu, teringatku akan satu hal, buah tangan terindah ternyata bukan jaminan keindahan, meski ilusi seringkali menipu dengan dandanan angan, bahwa hubungan ini hanya persinggahan. tak lebih dari sekedar curahan hati dilamun sepi.

Semakin ingin kuketuk, semakin dalam seribu sesal menyembul dari bingkai kayu. Tentang irasional perasaan, ambigu pernah beberapa kali datang membunuh, rasanya seperti mati yang mendahului waktu, atau pembantaian tanpa darah tapi mewarlskan luka.

Hingga waktu maghrib tiba, aku masih membatu didepan kata maaf.  hendak menyentuh pintu perasaan, ingin sekedar menitikan airmata tanda penyesalan, namun keberanianku telah lama hilang.

ku, bukan aku yang dulu lelaki sejati. berani menyeberangi lautan api demi janji, sanggup memindahkan bulan demi sebuah impian.

Ku, kini hanya lelaki penyembunyi malu. Mengingkari kesejatian dengan sedikit egois yang keterlaluan.

Ku, tak sanggup aku membuka pintu.

#####

Baganbatu, April 2022




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline