Lihat ke Halaman Asli

KANA KURNIAWAN

Ketua Umum PP Pemuda PUI, Direktur Mataram Institut

Doa-doa Langit untuk Sang Bidadari

Diperbarui: 18 Agustus 2020   06:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Oleh; Kana Kurniawan (PJs. Ketua Umum PP Pemuda PUI)

Teruntuk Allahku, pemilik ibuku

Ya rabb. Hari kedua ini 2 Dzulhijah 1438 H. Aku melihat jutaan umatmu berbondong-bondong berkunjung ke rumah-Mu, Baitullah (Mekah). Mereka diantar anak, suami dan isterinya. 

Aku lihat sepasang Ayah-Ibu bersuka cita diantar. Lantunan talbiyah, takbir dan tahmid mengiringi kepergian mereka. Ada kerinduan yang membucah aku rasa ya rabb. Rasa kerinduanku sebagaimana aku rindu kuasa-Mu. Aku mabuk kerinduan dengan Rasul-Mu.

Ya rabb. Memang benar. Aku adalah hamba-Mu yang dhoif. Lemah. Tak pantas ku mengiba dengan-Mu. Lumuran dosa-dosaku rasanya berat. Kadang ku ingat engkau. Terus ku lupakan sejauh mungkin. Hari-hariku penuh hamparan kealfaan dan kekhilafan. 

Wajar, aku rindu saat di pondok Nurul Iman. Saat imankku di tempa. Kesadaranku dibingkai oleh nasihat sang Mujahid-Mu. Aku nampak seperti serpihan kertas yang sedang dituliskan oleh pena tauhid. Ibadahku dikuatkan oleh kaidah fiqih. Kini, ku serasa jauh dengan-Mu.

Ya rabb. Ijinkan saat raga ini masih kuat. Nafas ini masih bersua. Jasadku masih kokoh. Ijinkan atas kuasa-Mu. Ku ingin membawa wanitan yang paling ku cintai. Wanita perkasa yang telah melahirkan. Mengandungku penuh air mata kebahagiaan. Ia wanita terhebat yang aku lihat. 

Wujudnya bagaikan malaikat. Ia tak pernah mengiba. Tak pernah marah sedikit pun denganku. Ia nampak sabar mengajariku berjalan saat Bapak sakit. Ia memandikan kekasihnya hingga 15 tahun lamanya.

Ya rabb. Akulah saksinya. Gugurkan dosa-dosanya. Kumpukan ia dalam syurga tertinggi-Mu. Andai engkau akan menyiksanya sebab dosa-dosanya. Andai engkau akan membersihkan kekhilafannya. 

Biarkan jasadku yang menggantikannya. Biarkan ku jadi alas di neraka-Mu. Aku ikhlas seikhlas-ikhlasnya. Jauhkan walau sejarah sehasta. Jauhkan panasnya walau sejarak leher dan tenggorokan. Akan ku labuhkan jiwaku membela kekasihku. Ia wanita yang sehormat-hormatnya.

Betapa hidupnya dihabiskan untuk melayani bapaku. Tak terpikirkan olehnya untuk berjarak. Meninggalkan kami dan bapaku. Bapak tak berdaya itu ia bopong tiap hari. Tiap pagi bapak dimandikan. Disucikan dari kotoran. Disuapnya penuh kecintaan yang tiada tara. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline