Lihat ke Halaman Asli

Kadir Ruslan

TERVERIFIKASI

PNS

Trotoar dan Pilkada DKI

Diperbarui: 16 Maret 2017   04:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu pemdangan di pusat Kota Melbourne dok.pri

Sebelum meninggal dunia, wartawan Kompas Abun Sanda rutin menulis artikel pendek di halaman muka Koran Kompas. Tulisannya, kalau tidak salah, dimuat setiap hari Selasa. Saya adalah salah satu penggemar setia artikelnya.

Bahasa tulisannya sederhana namun memikat. Selalu ada pelajaran berharga dan pesan kuat di setiap artikel yang ia tulis.

Kebanyakan tulisan Abun Sanda berkisah tentang pengalamannya berinteraksi dengan para pebisnis sukses di tanah air. Dari tulisannya kita jadi tahu bahwa para pengusaha sukses tanah air bukanlah orang-orang yang hanya berfokus mengejar laba.

Selain kesuksesan dalam berbisnis dan memupuk kekayaan, mereka ternyata juga punya sisi humanisme yang dapat menginspirasi banyak orang, misalnya, sikap setia kawan, kedermawanan, dan kesederhanaan. Inspirasi inilah yang dibagi Abun Sanda lewat tulisannya. Kumpulan artikel inspiratif Abun Sanda tersebut telah dihimpun dalam sebuah buku berjudul "Tawa dan Inspirasi Bisnis Abun Sanda" yang diterbitkan Kompas Gramedia.

Sebagian tulisan Abun Sanda juga berkisah tentang pengalamannya meliput di luar negeri. Terkait hal ini, salah satu tulisannya yang menarik adalah tentang kondisi trotoar di kota-kota maju di luar negeri seperti Tokyo, Singapura, dan sejumlah kota di Eropa.

Ia berkisah tentang bagaimana trotoar di kota-kota tersebut diurus dengan sangat serius dan dibuat dengan material terbaik.Trotoarnya juga bersih dan lapang sehingga membuat orang merasa nyaman dan betah berjalan kaki.

Di kota-kota tersebut, trotoar menjadi ruang publik, tempat untuk melepas penat dan membangun relasi dan kohesi antara sesama warga.

Jalur khusus pedestrian di tepi Sungai Yarra dok. pri

Ia kemudian membandingkannya dengan kondisi trotoar di Jakarta yang kurang terurus dengan baik dan acapkali kurang bersahabat terhadap pejalan kaki. Di Jakarta, trotoar tidak hanya digunakan oleh pedestrian, tapi juga para pedagang kaki lima. Saat jalanan macet, trotoar seringkali menjadi jalur sepeda motor. Yang terakhir ini adalah pengalaman pribadi saat saya tinggal di Kemayoran.

Menurut Abun Sanda, kondisi trotoar adalah salah satu tolak ukur kemajuan peradaban sebuah kota dan warganya. Simbol sejuah mana sebuah kota menghargai hak para pejalan kaki.

Saat berkeliling di pusat kota Melbourne beberapa waktu lalu, saya kembali teringat dengan tulisan Abun Sanda. Trotoar kota yang dinobatkan sebagai the most liveable city in the world ini terasa begitu hidup dengan kerumunan pejalan kaki. Persis seperti yang dikisahkan Abun Sanda, trotoarnya lapang, bersih, dan sangat terawat.

Saat terkagum-kagum dengan pemandangan yang tersaji di depan mata, pikiran saya seketika melayang ke Jakarta yang tengah disibukkan dengan perhelatan pilkada.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline