Lihat ke Halaman Asli

Rudi Mulia

Konselor

Awas Kelebihan Beban Hidup

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Saya suka dengan dunia olahraga. Saya menikmati pertandingan sepakbola, bulutangkis, tinju, dan lain sebagainya. Namun ada yang lebih menarik lagi dari semua itu. Saya suka dengan pemecahan rekor dunia baru dalam cabang atletik dan renang. Tertarik karena dalam dunia lari dan renang, rekor-rekor lama hampir setiap tahun dipecahkan oleh orang yang sama atau orang baru.

Para pelari terus berusaha untuk berlari lebih cepat, dan para perenang terus berusaha untuk berenang lebih cepat. Mereka berusaha untuk menjadi yang tercepat. Namun, tidak berarti akan ada rekor gila-gilaan. Seperti misalnya berlari sejauh satu mil dalam waktu satu detik. Juga tidak akan pernah mungkin orang menempuhnya dalam waktu satu menit. Semua ada batasnya. Tubuh memiliki batas secara fisiologis sehingga rekor-rekor terbaik yang sudah di capai akan sulit sekali bisa dipecahkan.



Perenungan saya juga sama dengan hidup kita masing-masing. Kita bukanlah orang yang tak terbatas. Satu hari tidak lebih dari dua puluh empat jam dan ini sama-sama dimiliki semua mansuia. Namun, ada begitu banyak orang yang merasa memiliki waktu sebanyak 25 jam, 8 hari seminggu dan 13 bulan setahun. Mereka merasa ada banyak hal yang harus dilakukan. Ada banyak hal yang harus dikerjakan dan tidak bisa ditunda.Mereka merasa bersemangat karena begitu cepatnya peristiwa dan tantangan dilewati dalam hari-harinya yang sibuk. Kemudian pada satu hari mereka merasa sulit untuk beranjak dari tempat tidur. Kehidupan terasa menjadi suatu beban. Mungkin mereka kewalahan menjalani tanggung jawabnya sebagai orang tua, kewalahan menjalani hidup sebagai karyawan dan orangtua, mungkin juga kewalahan menjalankan dua pekerjaan sekaligus dan sebagainya.

Ada yang dilupakan. Seperti rekor yang terbatas begitu juga hidup kita. Kita semua memiliki sumber yang bisa habis dan parahnya kita tidak menyadari bahwa kelebihan beban sedang merayapi kita. Contohnya: kita tak bisa tetap berlari dalam keadaan lapar. Ada batas kemampuan dan itu merupakan sesuatu yang nyata.Batas tubuh kita bukanlah musuh. Kelebihan bebanlah yang merupakan musuh.

Ada yang berkata untuk menangkal kelebihan beban ini. ”Segala perkara dapat ku tanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” Apakah ini berarti dia bisa terbang? Bisakah dia tetap hidup selama enam bulan tanpa makan? Saya percaya dia juga tak bisa menjalani kehidupan yang sehat dengan kelebihan beban yang terus-menerus berlangsung.

Apa yang membuat semangat kita berubah menjadi rasa sakit? Kelebihan beban. Ketika kita merasa jenuh menjalani kehidupan, kita harus menempuhnya dengan hati-hati. Sering kita kelihatan baik-baik saja di bawah beban yang berat, tetapi kemudian sesuatu sentakan tiba-tiba terjadi dalam hidup dan membuat kita sadar bahwa kita terbatas. Ketika Anda merasa suatu sentakan cepat seperti itu, pahamilah artinya. Jangan salahkan pekerjaan Anda, teman-teman Anda, atau anak-anak Anda. Salahkanlah kelebihan beban kita.

Apa yang bisa kita lakukan? atur tujuan hidup. Mana beban yang bisa dibuang. Mana beban yang bisa ditaruh terlebih dahulu. Mana beban yang bisa kita pikul. Mana beban yang bisa disharingkan kepada teman. Jangan sampai kita kelebihan beban. Kita tidak akan kemana-mana bila kelebihan beban

Semoga bermanfaat




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline