Lihat ke Halaman Asli

irvan sjafari

TERVERIFIKASI

penjelajah

Inspirasi dari Guru Tata Buku dan Hitung Dagang SMA

Diperbarui: 10 November 2023   08:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.aida.or.id/

Saya masih ingat suatu hari dalam  September 1984, ketika menjadi Ketua Kelas II Sos 4, SMAN 28, Jakarta Selatan  saya meminta rekan saya Ritmanto yang berulang tahun hari itu untuk maju ke depan.  Dia murid pindahan dari SMAN 1 Magelang sekaligus memperkenalkan diri. 

Spontan anak-anak menyanyikan lagu ulang tahun dan pada saat bersamaan Pak Sumardi, Guru Tata Buku dan Hitung Dagang, sekaligus wali kelas kami masuk. Saya mau menghentikan, tetapi dia tidak marah dan malah menyilahkan untuk terus dan selesailah seremoni.

"Ini kebiasaan yang baik," ucapnya yang masih tertanam di benak saya.  Mungkin menurut di acara ini menjalin persahabatan secara positif.

Pembukuan dan administrasi adalah pelajaran yang sulit bagi saya sejak SMP karena butuh pemahaman, ketelitian dan kerapian. Butuh beberapa kali diulang  baru paham. Tetapi tidak demikian dengan Pak Sumardi hanya sekali menerangkan saya langsung memahami.

Hal yang menarik ialah ketika dia menerangkan soal Tata Buku Anggaran, yang modelnya beda dengan tata buku biasa, karena tidak ada laba.  Dalam tata buku ini pemasukan dan pengeluaran dicukupkan.   Menurut dia tata buku ini  biasanya dipakai untuk Yayasan atau organisasi yang nirlaba.  

"Kalian bisa menerapkannya? Misalnya penerimaan uang saku dari orangtua ditambah penghasilan sendiri, kalau ada.  Namun terlebih dahulu pos-pos pengeluaran harus ditentukan dulu, kemudian dicocokan dengan pemasukan," tutur Pak Sumardi.

Diterapkan Sehari-hari

Saya langsung terinspirasi pada awal bulan berikutnya minta saku pada orangtua mingguan. Dulu masuk sekolah 6 hari seminggu.  Biasanya saya dapat sehari Rp1.500 (termasuk ongkos angkot Rp800 pulang pergi) dan sisanya uang saku atau jajan.

Ketika hari Sabtu harus ke Ragunan untuk olahraga ada ongkos lain,begitu juga untuk ekskul PMR.  Akhirnya dibulatkan Rp50 ribu per bulan dengan janji tidak minta lagi. Itu termasuk untuk keperluan beli kebutuhan sekolah atau hiburan.

Lalu saya buat rencana anggarannya dan realisasinya dengan detail.  Misalnya jika beli buku ada bonnya, juga tiket bioskop.  Bahkan kalau diaudit oelh auditor masa itu pun akan pas.  Berhasil, walau pun hanya tahan dua atau tiga bulan,  karena tidak tekun.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline