Lihat ke Halaman Asli

Moral, Pendidikan, dan Agama

Diperbarui: 31 Oktober 2017   22:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Moral merupakan bagian dari tatanan hidup umat manusia. Hal itu yang membedakan antara manusia dan hewan. Dengan kata lain, manusia yang tidak bermoral, tidak jauh berbeda dengan binatang. Dalam kehidupan ini, manusia memiliki hak, tetapi juga perlu ingat, bahwa manusia memikul tanggungjawab dalam kehidupan bersosial. Sifat ego dan mau menang sendiri bukan ciri manusia bermoral. Menjunjung ringgi nilai-nilai moral dalam kehidupan ini tidak mudah, kecuali hanya pribadi yang memiliki pendidikan.

Nah, di sini, pendidikan bukan sebatas mengolah kecerdasan. Tetapi, pendidikan lebih pada proses menimpa kehalusan jiwa dengan ilmu pengetahuan. Semakin seseorang berpendidikan, maka semakin halus jiwa dan moralnya. Bukan sebaliknya. Jadi, kita bisa membedakan antara orang yang berpendidikan dan tidak berpendidikan dalam konteks ini. Memang banyak orang pintar, tetapi nilai pendidikannya tidak ada sama sekali. Hal ini yang perlu kita renungkan, bahwa pendidikan menjadi landasan hidup manusia dalam menjunjungtinggi moral dan kemanusiaan.

Sementara agama, dalam beberapa pengertian memang banyak perbedaan. Namun, agama bisa diartikan sebagai akhlak, yaitu beragama sama dengan berakhlak atau bermoral: kepada Tuhan dan manusia. Seseorang yang mengaku beragama, tapi tak memiliki moral yang baik dalam lingkungan masyarakat, maka kita usah memercayai keberagamaannya.

Dengan kata lain, baik itu moral, pendidikan, atau agama merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Tiga komponen tersebut harus berpadu agar kita menjadi manusia yang unggul dan penuh dedikasi bagi kebaikan umat manusia.

Maka dari itu, bermoral harus dilandasi dengan pendidikan, dan diteguhkan dengan nilai-nilai keyakinan dimana manusia dituntut untuk mengendalikan hawa nafsunya agar tidak menjadi pribadi yang angkuh, sombong, mau menang sendiri meski salah, tak mau ditegur, dan tak ada orang yang baik selain dirinya sendiri. Manusia demikian (merasa dirinya yang paling baik), tentu dia manusia yang tidak memiliki rasionalitas berpikir dan hatinya gelap, sehingga hanya dirinya yang selalu merasa benar.

Yogyakarta-Tambakboyo, 31 Oktober 2017




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline