Lihat ke Halaman Asli

Sejarah Hari Raya Qurban

Diperbarui: 14 Oktober 2022   06:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

idul-adha-2-62f5db8908a8b529830627e2.jpeg

Hari raya qurban atau biasanya disebut dengan idul adha adalah salah satu hari raya umat islam yang di tunggu-tunggu kedatangannya, dan biasanya hari raya ini jatuh pada tanggal 10 dzulhijjah dan bertempatan juga dengan puncaknya ibadah haji bagi yang mampu melaksanakannya.pada hari itu umat islam yang tidak melaksanakan ibadah haji sangat di sunnahkan untuk berqurban dimmana mereka menyembelih hewan qurban untuk kemudian di bagi-bagikan kepada seluruh umat islam di daerahnya masing – masing, lalu apakah sebenarnya qurban itu.?

Qurban berasal dari Bahasa Arab (qaraba-yaqrabu-qurbanan) yang artinya ialah mendekatkan diri,sebagaimana dikutip dari uraian “ penyembelihan,kurban,dan akikah” yang ditulis oleh Ubaidillah. Sementara qurba dalam islam juga disebut dengan al-udhhiyyah dan adh-dhahiyyah yang berarti binatang sembelihan,seperti unta,sapid an kambing yang di sembelih pada hari raya idul adha dan hari-hari tasyriq sebagai bentuk taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah SWT.  Qurban juga berfungsi sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT kepada hamba-nya.

Ibadah qurban sendiri telah ada sebelum masa nabi Muhammad SAW, yakni saat Allah SWT mewahyukan kepada nabi Ibrahim as untuk menyembelih anakanya, yakni nabi Ismail as. Rosulullah SAW menceritakan sendiri sejarah qurban kepada para sahabatnya. Dalam riwayat Zaid binArqam, para sahabat bertanya kepada Nabi Muhammad SAW: “ Wahai Rosulullah SAW, apakah qurban itu?  Rosulullah SAW menjawab: ‘Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, nabi Ibrahim as’,”(H.R.Ahmad dan Ibnu Majah).

Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir(1992), dijelaskan bahwasannya nabi Ibrahim as tidak memiliki anak dalam waktu yang cukup lama. Istrinya (Sarah) semakin tua dan kian sulit mengandung dan Sarah merasa tak sanggup memenuhi keinginan nabi Ibrahim yang demikian besar untuk memiliki anak, Sarah pun menganjurkan Nabi Ibrahim agar menikahi budak mereka yakni Siti Hajar.

Dari pernikahan nabi Ibrahim as dan Siti Hajar, lahirlah Nabi Ismail as. Ketika itu nabi Ibrahim as sudah tergolong renta yakni usianya sekitar 86 tahun. Nabi Ismail as lantas sangat disayangi oleh nabi Ibrahi as, terlebih lagi ,seiring ia tumbuh besar, nabi Ismail as menunjukkan tindakan yang luhur dan budi pekerti yang mulia.

Suatu waktu, nabi Ibrahim as bermimpi bahwa ia menyembelih anak kesayangannya yakni nabi Ismail as. Mimpi itu beliau dapatkan pada tanggak 8 dzulhijjah dan beliau merenungi arti mimpinya tersebut. Momen perenungan nabi Ibrahim as itu diabadikan sebagai  hari tarawiyah. Pada hari tarawiyah yang jatuh pada tanggal 8 dzulhijjah yang di hari tersebut umat islam disunnahkan untuk melaksanakan puasa,. dilanjutkan dengan hari Arafah yang jatuh pada tanggal 9 dzulhijjah yang merupakan peringatan atas ketaatan nabi Ibrahim kepada Allah SWT. Yakni ketika nabi Ibrahim as mengetahui ( arafah) bahwa mimpinya itu adalah wahyu dari Allah SWT.

Nabi Ibrahim as sampai pada kesimpulan bahwasannya Allah menginginkan ia menyembelih anaknya sendiri ( nabi Ismail as). Allah menggambarkan atau mengabadikan kisah nabi Ibrahim as ini dalam Al-Quran surah As-Shaffat ayat 99-113 dan pada ayaat 102, Allah SWT berfirman:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Yang artinya: "Maka tatkala anak itu sampai [pada umur layak] berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: 'Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?" (QS. As-Shaffat [37]: 102).

Dengan penuh ketaatan kepada Allah SWT, nabi Ismail menerima perintah tersebut. Namun saat nabi Ibrahim akan menyembelih nabi Ismail, Allah AWT menggantikan nabi Ismail dengan seekor kambing gibas yang bulunya panjang, tebal dan keriting. Disinilah telah terungkap bahwa apa yang di perintahkan Allah SWT adalah ujian untuk nabi Ibrahi as dan nabi Ismail as, menguji sejauh mana rasa cinta dan ketaatan beliau berdua terhadap Allah SWT.

Hikmah yang bisa kita ambil dari kisah nabi Ibrahim as dan nabi Ismail as adalah ketaatan seorang hamba yang  sebenar-benarnya  kepada Allah SWT,keikhlasan seorang hamba kepada Allah SWT dan untuk mengharap ridanya Allah SWT, sebagaimana yang telah difirmankan Allah dalam surah Al- An’am ayat 162-163:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline