Lihat ke Halaman Asli

Tradisi Lebaran Masyarakat Pasuruan

Diperbarui: 30 Mei 2022   09:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tempo.co

Hari raya idulfitri adalah hal yang sangat di tunggu oleh umat islam di dunia dan disetiap Negara atau daerah memiliki tradisi yang berbeda beda untuk  merayakannya seperti halnya di daerah jawa timur di kabupaten pasuruan  lebih tepatnya di kota bangil yakni tradisi lebaran kupat.

Lebaran selalu menyisakan kenangan, cerita bagi para umat muslim di dunia tak terkecuali warga pasuran . Beragam tradisi di rayakan oleh warga pasuruan selama lebaran sampai lebaran kupat.  Dari saling berbagi ketupat ,menyulut petasan , hingga larung saji di pantai.

Tradisi ini ternyata sudah ada pada masa kolonial. Tradisi ini biasanya dirayakan oleh warga pasuruan dengan melarung saji dengan penuh keceriaan. 

Mereka merayakannya di pantai dan laut menggunakan perahu milik mereka baik itu perahu besar maupun kecil.perahu tersebut akan di hias oleh para warga yang akan menambah kemeriahan dalam perayaan tersebut.

Nelayan dan warga pasuruan melarung saji berupa nasi dan bunga di laut menggunakan perahu yang sudah di hias. Mereka juga merayakan lebaran kupat dengan menyantap kuliner yang sudah mereka bawa sebelumnya dari rumah. 

Tradisi ini di percaya oleh warga pasuruan sebagai  pembawa berkah , sehingga harapannya industry perikanan semakin baik dengan tangkapan ikan yang lebih banyak di masa mendatang.

Berbeda dengan perayaan di laut warga pasuruan pada saat itu juga merayakan lebaran kupat di dua pemandian yakni di Blauwwater (Banyu Biru) dan Oemboelan ( Umbulan)  disana mereka menyucikan diri dari dosa dengan mandi di pemandian tersebut. Warga biasanya membawa nasi, bunga dan kemenyan untuk  di taruh di dua pemandian tersebut.

Lebaran kupat sendiri biasanya akan di selenggarakan pada tanggal 8 Syawal atau satu Minggu setelah hari raya idul fitri. Dan Pada zaman sekarang tradisi tersebut di lakukan dengan berbagai cara mulai saling memberi ketupat atau  ater -- ater kepada sanak keluarga dan tetangga, kirim doa pda keluarga yang sudah meninggal hingga rekreasi ke tempat wisata alam maupun wisata religi ke tempat yang dianggap suci atau keramat.

Selain itu kupat sendiri memiliki filosofi  bahwa kata kupat memiliki makna "aku lepat" atau mengaku salah. Sejalan dengan makna hari raya idul fitri untuk saling memaafkan sesama manusia.

Dan lebaran kupat pun tidak lengkap bila tidak ada makanan yang namanya lontong karena lontong endiri memiliki filosofi karena betul lontong yang panjang dan ada tonjolan di ujung- ujungnya seperti bentuk makam. Bentuk tersebut memiliki makna bahwa kita masyarakat muslim hendaknya ingat bahwa kita akan berpulang pada yang maha kuasa.

Selain lontong biasanya warga Pasuruan akan menyajikan lepet yang di suguhkan bersama ketupat maupun sayur lodeh atau opor. Dan lepet sendiri bermakna mengakui kesalahan dan pada lepet sendiri terdapat 3 sampai 5 ikatan. Hal itu menyerupai jenazah yang mau dikubur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline