Lihat ke Halaman Asli

J Sudrijanta

Rektor Kolese Le Cocq Nabire, Papua

Sekolah Wajib Asrama dan Kurikulum Terintegrasi

Diperbarui: 8 Agustus 2019   06:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

By J. Sudrijanta

Pada umumnya kualitas pendidikan di Papua jauh tertinggal dibandingkan dengan kualitas pendidikan di pulau Jawa.

Apa solusinya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan mempercepat penyetaraan kemampuan belajar anak-anak di Papua?

Membangun Sekolah Berpola Asrama (Residential School) dan kurikulum terintegrasi (Integrated Curriculum) adalah salah satu solusi cerdas dalam mengatasi masalah tersebut.

Dua sekolah terbaik di Papua, SMA YPPK Adhi Luhur Kolese Le Cocq d'Armandville dan SMA Negeri 3 Jayapura telah memulai sekolah wajib asrama dan kurikulum terintegrasi tersebut.

Sekolah Berpola Asrama dan Kurikulum Terintegrasi merupakan inovasi dari para professor asal Indonesia di Amerika yang memiliki kepedulian tinggi untuk meningkatkan pendidikan di Papua.

Program ini dimaksudkan agar waktu pembelajaran para siswa bisa diperpendek tanpa mengurangi kualitas, sehingga anak didik akan memiliki lebih banyak waktu untuk pengembangan diri dan agar bisa mengejar ketertinggalan dari para siswa di luar Papua.

Peluncuran Sekolah Berpola Asrama (Residential School) dan kurikulum terintegrasi (Integrated Curriculum) dilakukan  oleh Menteri Bapenas dan Tim IASA (Indonesian American Society of Academics) 7-8 Agustus 2019 di dua tempat terpisah di mana dua sekolah di atas berada, yaitu di Jayapura dan Nabire.

Kurikulum Terintegrasi (Integrated Curriculum)

Kurikulum Terintegrasi dijabarkan ke dalam 4 bidang: Kelas Terintegrasi (Integrated Clasess), Extra Kurikuler Terintegrasi (Integrated Extra Curriculum), Laboratorium Terintegrasi (Integrated Laboratorium), dan Kehidupan Asrama Terintegrasi (Integrated Residential Life).

Kelas Terintegrasi yang dimaksud di sini adalah penggabungan dua mata pelajaran atau lebih, baik se rumpun maupun berbeda rumpun (inter-crossing), agar waktu temu muka murid dan guru bisa dipersingkat tanpa mengurangi kualitas. Misalnya, pelajaran integrase Kimia dan Fisika (satu rumpun), atau Bahasa Indonesia dan Sosiologi (berbeda rumpun). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline