Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mujahidah

TERVERIFIKASI

Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Bimbel Apa Nggak?

Diperbarui: 11 April 2019   09:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar : parenting.co.id

Bulan-bulan ini para siswa kelas VI dan IX akan mengikuti USDA dan UN/ UNBK. Berbagai persiapan dari pihak dinas, sekolah, siswa dan guru untuk menyukseskan jalannya ujian akhir tingkat tersebut. 

Ada kegalauan dan kekhawatiran ketika siswa akan menghadapi ujian. Guru, orangtua dan anak sangat harap-harap cemas menantikan hari H pelaksanaan ujian dan hari H pengumuman kelulusan. 

Pengayaan, les, sarapan pagi atau apapun dilakukan oleh pihak sekolah dan dikoordinasikan dan dikomunikasikan dengan orangtua atau wali siswa. Soal-soal sesuai kisi-kisi yang disosialisasikan dibahas di kelas. Diskusi demi diskusi terjadi antara guru dan siswa, guru dengan guru, guru dengan orangtua. 

Mendekati hari H pelaksanaan ujian sekolah juga menyelenggarakan doa bersama dengan mengundang orangtua. Tujuannya agar orangtua memberikan maaf, doa restu sehingga lancarlah jalannya ujian tadi sehingga nilai yang diperoleh pun bisa maksimal. Dengan capaian nilai itu siswa bisa melanjutkan ke jenjang sekolah yang diimpikan. 

Langkah tersebut kadang dirasa kurang cukup. Siswa meminta kepada orangtua untuk mendaftarkan ke bimbel. Atau bahkan malah orangtua yang ingin anaknya masuk bimbel. 

Mengapa orangtua memasukkan anaknya ke Bimbel? 

Ada banyak alasan mengapa orangtua memasukkan atau mendaftarkan anaknya ke bimbel. 

Waktu. Banyak orangtua yang bekerja di berbagai instansi dengan jam kerja sampai sore atau malah malam hari. Sampai di rumah sudah lelah. Untuk mendampingi anak juga waktu sangat mepet. Padahal sebenarnya bisa saja mereka membimbing belajar si anak. Lebih banyak digunakan untuk bersantai bersama. 

Selain waktu, materi pelajaran anak yang sulit dan belum tentu dipahami orangtua. Orangtua di tingkat dasar saja sudah sering mengeluh kalau pelajaran yang didapat buah hatinya sangat jauh berbeda dengan pelajaran yang didapatnya dulu. 

Mereka merasa tak mampu dan takut salah bila membimbing sang anak. Oleh karenanya mereka tak ambil pusing dan lebih memilih untuk mendaftarkan anak untuk bimbel. Mengeluarkan uang untuk bimbel lebih baik daripada anak tak belajar. Antar jemput anak ke bimbel juga tak menjadi masalah. 

Kemauan anak. Anak merasa kurang paham akan materi ujian atau sudah paham namun memiliki tujuan atau cita-cita untuk bersekolah di sekolah favorit dan berkualitas. Oleh karenanya mereka merasa perlu ikut bimbel lagi demi meraih cita-citanya yang tak sekadar lulus sementara nilai pas-pasan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline