Lihat ke Halaman Asli

Jimmy Haryanto

TERVERIFIKASI

Ingin menjadi Pembelajaryang baik

Memajukan Ekonomi Indonesia Dengan Memanfaatkan Tenaga Masyarakat

Diperbarui: 4 Februari 2019   14:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tidak mudah mengetahui apa yang dilakukan oleh 260 juta orang Indonesia untuk menyambung hidupnya setiap hari. Walaupun pada umumnya semuanya bekerja. Ada yang bekerja untuk pemerintahan seperti Jokowi, Jusuf Kalla, Menkeu Sri Mulyani, Dirjen Pajak Robert Pakpahan, Gubernur Anis Baswedan, Walikota Rismarini, dll. Ada juga yang sudah pensiun seperti mantan Presiden BJ Habibie, mantan Presiden SBY, mantan presiden Megawati Soekarnoputri, mantan Menteri Keuangan Chatib Basri, mantan Dirjen Pajak Hadi Poernomo, mantan Gubernur Basuki Tjahya Purnama, dll. 

Rakyat Indonesia itu ada juga yang hidup sebagai pengusaha seperti R Budi dan Michael Hartono, yang menurut majalah Forbes memiliki kekayaan US$35 miliar (Rp508 triliun) dan sekitar 70% kekayaan mereka berasal dari Bank Central Asia, rokok Djarum, elektronik Polytron dan real estate. Ada pengusaha Susilo Wonowidjojo (62 tahun) dengan kekayaan US$9,2 miliar (Rp133 triliun) dari Gudang Garam, perusahaan yang memperoduksi sekitar 70 miliar batang rokok setiap tahunnya. Tenu ada banyak orang bekerja di perusahaan.

Ada juga masyarakat Indonesia yang dulunya bekerja di pemerintahan atau perusahaan tapi saat ini mungkin tidak terlalu dioptimalkan. Mantan jenderal seperti Gatot Nurmantyo, Tri Sutrisno, dll merupakan contoh. 

Mantan dosen yang sudah berusia di atas 70 tahun juga masih banyak dan sehat namun kurang dioptimalkan. Bahkan ada berita bahwa negara-negara tetangga seperti Singapura, Burnei, Malaysia, banyak yang memanfaatkan mereka dengan fasilitas yang lebih baik ketimbang di Indoensia karena pengetahuan mereka masih sangat diperlukan. Ironisnya aturan yang dibuat Indonesia sendiri membuat mereka tidak boleh lagi aktif di pekerjaan sebelumnya dan terpaksa memilih "bekerja" di luar negeri itu. 

Sudah bukan rahasia lagi bahwa kemajuan ekonomi dan penerimaan suatu negara itu pada umumnya berasal dari pajak, ekspor, investasi, dan turis yang datang ke suatu negara.  Namun data Badan Statistik (BPS) yang dikeluarkan tanggal 15 Januari 2019 mengatakan ekspor Indonesia hanya AS$ AS$180 miliar. 

Itu jauh sangat kecil dibandingkan dengan ekspor Tiongkok, AS,India, dan Jepang. Bahkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Thailand, Malaysia dan Vietnam pun ekspor Indonesia itu masih kecil. Ekspor Singapura sudah di atas AS$300 miliar padahal negaranya hanya berjumlah 5 juta jiwa dan luas wilayahnya pun kecil. 

Apa yang membuat negara kecil seperti Singapura bisa maju? Mereka menggunakan tenaga cerdas yang punya pengetahuan dan kemampuan yang baik untuk memajukan Singapura, bahkan mereka tidak berkeberatan membayar dengan harga mahal tenaga dari luar negeri, termasuk dari Indonesia.  Apakah angka ekspor itu mencerminkan hasil dari pemanfaatan masyarakat di negara masing-masing?  Indonesia hanya bisa mengekspor AS$180 miliar sementara Singapura bisa mengekspor lebih dari AS$300 miliar. 

Indonesia yang lebih dari 300 tahun tidak boleh mengungkapkan pandangannya, dan baru 73 tahun ini bebas berpendapat, sebaiknya memikirkan secara sungguh-sungguh bagaimana mengoptimalkan rakyat yang 260 juta jiwa ini. Bukan hanya tentara yang perlu disediakan 60 jabatan bintang, seperti dikemukakan Presiden Jokowi tanggal 29 Januari 2019, tapi seluruh masyarakat yang masih mampu perlu diberi kesempatan untuk ikut memberikan sumbangan bagi kemajuan bangsa. Para pensiunan yang masih kuat dan bisa bekerja jangan dianggurkan apalagi dijadikan sebagai beban atau masalah bangsa. 

Seluruh rakyat Indonesia yang terdiri dari pekerja di pemerintahan, perusahaan dan di dalam masyarakat perlu dioptimalkan untuk memberikan sumbangan bagi kemajuan bangsa ini. Hanya dengan cara inilah bangsa Indonesia dapat maju seperti yang diramalkan banyak orang. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline