Lihat ke Halaman Asli

Jeff NdunJr

Sampah Inzphyrasi

Misteri Harapan dalam Duka

Diperbarui: 15 September 2021   12:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto. Katolisitas-Indonesia.blokspot.com

Pada hari ini kita bersama Gereja Universal memperingati Maria, Bunda yang Berdukacita. Penderitaan Maria diringkas dalam 7 jenis kedukaan: 1. Nubuat Simeon, 2. Pengungsian Keluarga Kudus ke Mesir, 3. Hilangnya Kanak-Kanak Yesus di Bait Allah, 4.Perjumpaan Maria dengan Yesus dalam perjalanan-Nya ke Kalvari, 5. Berdiri di kaki salib ketika Yesus disalibkan dan wafat, 6. Bunda Maria memangku jenazah Yesus saat diturunkan dari salib dan 7. Yesus dimakamkan.

Bagi saya, dukacita yang dialami oleh Bunda Maria bukan semata kesedihan yang bersifat manusiawi belaka namun mengandung misteri harapan dalam duka itu sendiri. Karena  Maria menanggung penderitaan bersama Putra tunggalnya. Dan dengan hati keibuannya, ia menggabungkan diri dengan korban Yesus, dan dengan penuh kasih menyetujui persembahan dirinya untuk melahirkan sang Juru selamat.

Bagi saya, Maria adalah sosok pahlawan yang sangat luar biasa. Hal ini jelas tampak melalui keberanian dan pemberian diri yang total pada kehendak Tuhan. 

Dalam refleksi saya, dukacita yang dialami oleh Maria sebenarnya sudah dimulai sejak saat ia menerima kabar dari malaikat bahwa ia akan mengandung dan melahirkan seorang anak. Kita semua tahu bahwa, Maria saat itu sedang dalam situasi yang sulit, dilematis, dan lebih dari itu, ia juga memikirkan bagaimana tanggapan orang banyak soal bayi yang akan ia kandung. Namun, berkat keberanian dan penyerahan diri yang total kepada kehendak Tuhan ia menerima tawaran tersebut. Maria memberi tanggapan terhadap dukacita yang dialami dalam bentuk tindakan nyata yang menurut saya itu semua sudah mengakar dan menjadi habitus/keutamaan dirinya.

Ketika merenungkan hal ini, saya sempat bertanya kepada diri saya sendiri. Sudah sejauh mana saya mempercayakan dan menyerahkan diri kepada Tuhan ketika menghadapi badai hidup ini? Atau, sudahkah saya mengamini bahwa di balik setiap dukacita yang saya alami ada harapan yang menghantar saya pada sukacita?.

Saya menyadari bahwa dalam menekuni perjalanan panggilan ini, tidak saja pengalaman-pengalaman membahagiakan dan kemudahan-kemudahan yang saya hadapi, tapi juga ada pengalaman-pengalaman duka dan kesulitan. Pengalaman duka tersebut saya gambarkan seperti; pengalaman kegagalan, pergumulan dan pergulatan, krisis/desolasi dalam panggilan, dan lain-lain. Namun, layaknya Bunda Maria, saya juga harus memiliki keberanian untuk menghadapi setiap situasi tersebut sembari menyerahkan atau mempercayakan diri saya kepada-Nya, sehingga dukacita yang saya alami diubahnya menjadi sukacita.

Melalui keberanian dan penyerahan diri dari Bunda Maria pada Tuhan, ia telah mengajarkan kepada saya dan anda sekalian akan nilai-nilai keutamaan sebagai pengikut Kristus yang otentik dan sejati. Keutamaan tersebut adalah penyerahan diri pada penyelenggaraan Ilahi (God's Providence) dan pengharapan penuh pada Tuhan. Karena hanya pengharapan lah yang memampukan kita melewati setiap badai dan tantangan hidup ini.

Lebih dari itu, bagi saya, tidak ada duka yang abadi, karena Tuhan tidak memikulkan beban kepada setiap orang melebihi kapasitas kemampuan orang tersebut. Beban hidup terasa semakin sulit ketika kita pasrah dan membiarkan beban-beban hidup tersebut menguasai diri kita. Oleh sebab itu, beranikanlah dirimu dalam menghadapi kerasnya hidup ini, dan percayalah bahwa Tuhan selalu bersamamu.


Fr. Firmino Botan, SSCC (Frater TOP Paroki Kristus Raja Seon)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline