Lihat ke Halaman Asli

Joko Widodo

Peneliti, Dosen, dan Musisi

Langkah Kecil Terkait Sistem Deteksi Dini Tsunami Berbasis Kabel Bawah Laut

Diperbarui: 25 Desember 2018   19:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya berfoto di Gedung NEC, Minato-ku, Tokyo (Sumber: koleksi pribadi)

Entah berapa kali saya bolak-balik meeting di Gedung NEC ini. Meeting dalam rangka merayu NEC agar bersedia merapat kembali ke Indonesia untuk duduk bersama dalam rangka membantu Indonesia mengimplementasikan teknologi deteksi Tsunami berbasis kabel bawah laut. Untuk teknologi ini memang Jepang satu-satunya yang terbaik di dunia. 

NEC adalah sebuah perusahaan raksasa di Jepang. Beroperasi di banyak negara dengan varian teknologi yang banyak ragamnya berbasis IT. Salah satunya instalasi sensor di bawah laut dengan menggunakan tangan-tangan robot.

Sebenarnya Indonesia sudah lama menjalin komunikasi dengan NEC, tetapi kesannya maju mundur untuk implementasi teknologi ini. Sementara Taiwan, Peru, dan beberapa negara Amerika latin yang rawan gempa sudah lebih dulu mengimplementasikan teknologi ini.

Di Jepang sistem deteksi dini Tsunami berbasis kabel bawah laut ini, salah satunya dikelola dikelola oleh NIED (National Research Institute of Earth Science and Disaster Resilience), di mana sebelumnya oleh JAMSTEC, dikenal dengan nama DONET (Dense Oceanfloor Network System for Earthquakes and Tsunamis ). Ada juga S-NET yang dikelola oleh JMA (Japan Meteorologycal Agency) untuk memantau palung laut dalam di sisi timur laut Jepang.

Setiap kali akan meeting, saya dikirim barcode gate melalui e-mail oleh salah satu stafnya. Barcode ini yang saya gunakan untuk masuk ke gedung NEC yang besar dan tinggi menjulang di kawasan Shiba, Minato-ku, Tokyo. 

Mengapa saya selalu tertarik untuk menjalin komunikasi dengan perusahaan-perusahaan raksasa Jepang, karena sebenarnya merekalah raksasa-raksasa di balik kemajuan teknologi Jepang. 

Sekadar contoh Jepang mengembangkan satelit radar ALOS-1 dan ALOS-2 L-Band Frequency, satu-satunya satelit radar di dunia dengan panjang gelombang terpanjang. Orang mungkin tahunya satelit ini dikembangkan oleh JAXA (Lembaga Antariksa-nya Jepang). Tetapi sebenarnya ada Mitsubishi di belakangnya yang memproduksi satelit ini.

Penampakan Gedung NEC, di Minato-ku, Tokyo, Jepang (Sumber: Official website NEC)

Demikian juga dengan teknologi deteksi tsunami berbasis kabel bawah laut ini. NEC adalah tulang punggung Jepang yang selalu siap memback-up institusi pemerintah Jepang seperti JAMSTEC, JMA, NIED dll. 

Di Indonesia, kita masih kekurangan swasta-swasta raksasa yang kental inovasi seperti halnya NEC, Mitsubishi, Toyota dll-nya.

Kebanyakan perusahaan-perusahaan swasta di Indonesia hanyalah kepanjangan tangan dari perusahaan-perusahaan luar negeri dalam memasarkan teknologinya.  Bukan inovator teknologi itu sendiri.

Akibatnya sebagian besar sektor swasta di Indonesia hanya bergantung pada APBN, APBD dan proyek-proyek BUMN. Tidak bisa seperti perusahaan Jepang, yang leading dan menguasai pasar di luar negeri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline