Lihat ke Halaman Asli

Narliswandi Piliang

TERVERIFIKASI

Traveller, Content Director, Citizen Reporter, Bloger, Private Investigator

Opini: Saya Akan Menempeleng WamenESDM dan Wamenkeu

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari kemarin ada dua hal  membuat hati saya mendidih, menyangkut pernyataan dua Wakil Menteri di Republik Indonesia kita cintai ini, negara berdaulat ini, negera besar ini.

Wakil Menteri pertama  membuat dada saya sesak adalah, Wakil Menteri Keuangan.  Ke media Senin kemarin ia bilang akan melakukan road show, melakukan pemaparan ke khalayak investor Migas di Singapura, mencari mereka yang siap melakukan investasi sebesar Rp 90 triliun membangun kilang  minyak (refinery) di Indonesia.  Lebih menyesakkan hati, ia katakan,  hanya melalui Singapura kita akan mendapatkan investor dan pakar di bidangnya.

Kalimat Wamen tersebut,  adalah kalimat bak penjajah. Sebagai pribadi saya ingin mengatakan bahwa untuk investasi Rp 100 triliun pun di refinery saya siap menunjukkan kemampuan anak negeri lokal melakukan. Sindikasi bank dan keuangan pun siap membiayai sudah sejak lama.  Refinery lokal selama ini “diperkosa” oleh kolutor lokal dan Singapura jangan sampai dibangun. Sehingga ketergantungan akan tetap ke storage di negeri  jiran itu yang belakangan turut campur soal pemberian nama kapal perang RI.

Itu artinya rencana ke Singapura itu, bagi saya hanya sowan kepada mafia Migas  di negeri jiran itu. Bukan mencari investor.

Kedua, Wamen ESDM petang ini ke media mengatakan ketakutan kepada Singapura, bila tidak lewat negara itu ke mana lagi Indonesia mengimpor minyak. Bagi saya ini kenyataan amat bikin tenggorokan pahit.   Bagi saya terjawab sudah ternyata  kabinet Indonesia di era SBY ini telah diisi para pengecut,  terindikasi para komparador, menggantungkan leher ke asing khususnya Singapura.

Bukan berita baru perdagangan minyak melalui perusahaan Petral di Singapura, telah gerogoti banyak perantara.  Dan membesarkan nama sosok seperti Muhammad Reza, kini mulai bersembunyi di London.

Saya pernah ke kantor Petral dua kali  di Takashimaya lantai 10, di Jl Orchard Road, Singapura. Betapa tertutupnya kantor itu dengan info. Sama dengan sangat tertutupnya mengapa Petral juga punya kantor di Hongkong - - konon untuk melakukan akal-akalan pajak selesih 6%  juga bisa dibagi-bagi oknum tertentu.

Saya juga teringat bagimana saya tiada henti pada 2009-2010 bahkan hingga kini memverifikasi pembunuhan anak pintar Indonesia di  kampus NTU, Singapura. Saya mebayangkan persidangan koroner yang akhirnya  hukum negeri jiran itu juga tergantung mainan “hidangan” di pengadilan.

Saya pun teringat bagimana banyak pengemplang BLBI menarok uang di Singapura, termasuk mereka koruptor yang sudah ditahan KPK RI menyimpan uang di Singapura.

Maka malam ini, saya putuskan sudah saat setidaknya saya harus menempeleng dua Wamen  di atas tadi. Sungguh bacot dan tulisan sudah tak berguna lagi. Saya akan cari dua Wamen itu dan saya akan tempeleng. Mungkin Anda mau ikut? Ayuk.

@iwanpiliang citizen reporter




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline