Lihat ke Halaman Asli

Isur Suryati

TERVERIFIKASI

Menulis adalah mental healing terbaik

Balada Ibu yang Menjahit Luka

Diperbarui: 29 Desember 2021   20:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

biggo.id

I

Dalam waktu sepeminuman teh

Suar dari tungku membumbung

Kujilat sesak yang tiba-tiba hadir

Isi relung kosong dalam cangkirku


Tak ada luka dalam file kenangan

Yang ku rekam tanpa jelak

Bergedik angin hempaskan aroma bunga

Kala Ibu usap punggung anaknya


Kata-kata sudah pulang

Yang tertinggal hanya tanda baca

Ibu tidak bisa lagi mengambil benang

Sudah tandas dibopong Sang pemberi luka


II

Hati sobek itu tidak sakit lagi

Ada benang putih yang tersulam dalam perih

Torehan luka itu tak lagi berarti

Selalu ada jarum untuk penawarnya


Air mata dalam telaga masih penuh

Walau bulan mulai pasi dan keriput

Tangan-tangan diksi lepaskan tanda seru

Menyuruh Ibu menjahit sekali lagi


Apakah matahari akan terbenam?

Didekap pelukan malam yang merah

Kau bilang luka itu kini bernanah

Lantaran Ibu menjahit tanpa betadine


III

Hati langit sudah kebas

Darah kering kini pucat

Obat itu bernama waktu

Luka lama kini sisakan parut


Bulan tidur dalam luka baru

Balutan perban sisakan sesal

Ibu membakar senyum di tungku

Teh aroma melati diseduh lagi


IV

Senja bertamu mengirim benang

Kali ini jarum marah ucapkan lelah

Dia lukai pamidangan yang terisak

Ibu hanya bisa mengusap dada


Maap, Nak! kali ini Ibu tak lagi bisa menjahit

Coretan takdir bukanlah luka

Bahagia-mu adalah tangis-mu

Kata-kata menjemput tanda baca


Aku kini berdiri diatas luka-ku

Jarum motivasi ku tancapkan dengan yakin

Ya, aku kini Ibu yang menjahit luka

Memori lalu dan luka anak-anakku


Sumedang, Ujung Desember 2021




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline