Lihat ke Halaman Asli

Harmoni Kamboja Putih di Pemakaman

Diperbarui: 9 April 2018   14:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.pribadi

Hari ini saya  berkunjung ke tempat peristirahatan ibu saya.  Rindu, itulah alasan utama saya ingin berkunjung ke pemakaman. Saat ini saya memang sangat merindukan sosok ibu yang telah meninggalkan saya dan keluarga sejak tujuh tahun yang lalu . Berbekal sebuah sapu lidi yang erat di gengaman tangan, saya langkahkan kaki saya menuju ke pemakaman. 

Tak jauh saya berjalan cukup dengan beberapa langkah saya sudah tiba di pintu gerbang. Sepi, sunyi, dan teduh itulah kesan pertama yang saya rasakan saat kaki ini menginjak paping di tanah pemakaman ini. Tak lupa saya ucapkan salam saya untuk seluruh penghuni makam yang ada sebagai tanda awal kedatangan saya kali ini. Melihat pemandangan yang ada disekitar makam membuat sebuah pertanyaan sederhana terlintas dipikiran saya beberapa saat "apakah mungkin pemakaman disini sudah tak pernah dibersihkan lagi? Melihat banyaknya dedaunan, buanga-bunga kering dan ranting yang berjatuhan dimana-mana. 

Akan tetapi, lagi-lagi saya baru teringat pembicaraan saya dengan ayah saya satu tahun lalu bahwa penjaga makam disini sudah meninggal dan tugasnya digantikan oleh orang lain. Namun, keadaan yang ada kini jauh berbeda dan justru tak sesuai dengan harapan.

Bicara soal makam tentu tidak dapat dipisahkan dengan kata kematian. Jika pada artikel sebelumnya saya membahas masalah seputar jodoh maka pada kesempatan kali ini saya akan membahas hal yang sebaliknya. Serupa namun tak sama itulah ungkapan yang pas untuk dua kata yakni mati dan jodoh, karena kita tidak pernah tau siapa yang dahulu menghampiri kita. Apakah itu jodoh ataukah kematian? Keduanya sama-sama rahasia Tuhan. Setiap manusia pasti memiliki jodohnya masing-masing dan begitupula kematian, pada hakikatnya setiap manusia pasti akan mati.

Tempat pemakaman bagi kebanyakan orang adalah tempat yang menyeramkan. Pemikiran itu juga sempat bertengger manis di otak saya sejak kecil hingga beberapa tahun lalu. Akan tetapi, belakangan ini pemikiran tersebut sepertinya bergeser menjadi sebuah pemikiran bahwa pemakaman atau yang biasa kita sebut dengan kuburan bukanlah tempat yang menyeramkan melainkan tempat masa depan yang pasti akan kita tinggali suatu saat nanti.

 Ada beberapa hal yang membuat saya merasa bahwa kenapa kita harus takut dengan pemakaman, apa karena di tempat tersebut banyak orang meninggalnya? Lha.. apa suatu saat kita tidak akan meninggal? Toh kita semua nantinya juga berbaring disana seperti yang lainnya. Nah, oleh sebab itu agar kita bisa berbaring dengan nyaman disana maka kita harus perbanyak amal sholih kita itulah kuncinya. Jadi, secara tidak langsung melihat pemakaman tersebut membuat saya ingat akan kematian dan memotivasi saya untuk lebih banyak berbuat amal sholih seperti itu.

Nah, saya juga punya cerita yang juga menarik mengenai hal-hal yang ada di sekitar pemakaman. Beberapa tahun yang lalu ketika saya masih menduduki bangku SD atau SMP kurang tepatnya saya sudah lupa. Ada suatu kejadian yang selalu saya ingat yakni nenek saya sering mengajak saya untuk pergi ke pemakaman. Seperti biasa, nenek saya membawa satu buah sapu lidi dan korek api untuk pergi bersama saya menuju ke pemakaman dengan berjalan kaki. Tiba di pemakaman saya diajak untuk membersihkan makam Kakek saya dari rumput-rumput liar yang tumbuh subur disekitar makam. 

Sedangkan nenek saya mulai menyapu bersih dedaunan kering dan ranting pohon yang berserakan di tanah. Setelah semuanya bersih barulah nenek saya membakar sampah yang terkumpul dengan korek api yang sudah dibawanya dari rumah dan setelah itu saya dan nenek akan berdoa bersama. Tidak sampai disitu, setelah selesai berdoa nenek juga akan mengajak saya memunguti bunga-bunga Kamboja putih yang sudah jatuh dan tak jarang nenek juga akan meminjam bambu tetangga yang rumahnya sebelah makam untuk mengambil tanaman liar yang banyak menggantung di pohon-pohon beringin (nenek saya menyebutnya dengan sebutan tanduk rusa). 

Semua itu akan dibawa pulang oleh nenek saya dan kemudian akan di jadikan hiasan taman oleh beliau, sedangkan untuk bunga Kamboja putih yang kering akan diberikan oleh nenek saya pada nenek saya yang satunya lagi. Setelah saya tanya untuk apa beliau bilang untuk dijual ke pengepul dan dijadikan parfum dan hal tersebut merupakan salah satu sumber rezeki yang beliau gunakan untuk menyambung hidup. Waktu itu saya belum faham mengenai hal ini, jadi saya menganggapnya sebagai hal yang tak seberapa penting. Padahal saya baru tau bahwa memang bunga Kamboja putih itu memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi karena sebagai salah satu bahan pokok pembuatan parfum.

Jadi, teman-teman kesimpulan dari artikel saya kali ini bahwa setiap hal yang diciptakan Allah di dunia ini pasti memiliki manfaatnya masing-masing. Meskipun terkadang kita kurang menyadarinya. Seperti contohnya bunga Kamboja putih yang tumbuh subur di pemakaman, sebagian dari kita menganggap bunga tersebut adalah bunga yang berbau mistis padahal jika mau mencari tau lebih luas lagi bunga ini bernilai ekonomi yang cukup tinggi karena sebagai salah satu bahan pembuatan parfum. 

Sayangnya masyarakat kita masih banyak yang belum mengetahui hal ini. Kemudian, pelajaran lain yang dapat kita ambil dari artikel ini bahwa sudah saatnya kita harus lebih  berfikir positif bahwa pemakaman merupakan tempat yang akan kita tinggali dimasa depan dan bekal untuk tinggal tersebut adalah amal sholih kita bukannya kita merasa ketakutan tidak jelas seperti itu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline