Lihat ke Halaman Asli

Isnaeni

Belajar dengan menulis.

Sepeda Motor, Harga BBM dan Uang Belanja

Diperbarui: 14 Oktober 2022   19:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ketika harga BBM naik, sebenarnya saya pura-pura menghadapinya dengan tenang. Saya pikir harga BBM tidak akan berpengaruh kepada kondisi uang belanja. " Yang penting uangnya ada", itulah prinsip saya ketika menghadapi kondisi harga-harga naik. Beberapa bulan kemudian pikiran saya berubah, saya mulai merasa ada yang aneh dengan kondisi uang belanja.

Uang belanja terasa lebih cepat habis sebelum waktunya, dan hati ini terbengong-bengong melihat saku yang kosong. Penghematan mulai dilakukan, namun tidaklah mudah merubah kebiasaan yang sudah mendarah daging. 

Mencari usaha tambahan tidaklah mudah, apalagi yang dibutuhkan adalah langsung mendapat uang dalam waktu yang cepat. Cara yang termudah adalah meminjam dari orang yang kita anggap dekat.

Bisa mendapat pinjaman juga merupakan berkah tersendiri. Tidak semua orang mau memberikan pinjaman kepada kita, apalagi orang yang kita pinjam sudah tahu kemampuan membayar hutang kita terhadap mereka. 

Yang lebih menyedihkan adalah sudah malu dan sungkan meminta pinjaman, ternyata pinjaman tidak kita dapatkan. Demi menghidupi anak isteri, rasa sungkan dan malu dikesampingkan dulu jauh-jauh.

Sepeda motor merupakan alat transportasi yang sangat efektif dan efisien. Dengan menggunakan sepeda motor, saya dapat memperoleh BBM bersubsidi di SPBU dengan harga dan jumlah yang lumayan. 

Coba bandingkan dengan harga pertalite di pinggir jalan. Saya membeli dengan harga yang lumayan setelah dipake ternyata hanya bisa dipakai sampai jarak kurang dari biasanya. Terasa sekali pemakaian pertalite yang dibeli dari pedagang eceran sangat boros. 

Pemakaian sepeda motor yang sangat sering berakibat konsumsi bahan bakar minyak juga besar. Hal ini berimbas kepada pengeluaran yang juga bertambah dari sebelumnya. 

Asumsi pengeluaran sehari rata-rata 10 ribu rupiah untuk membeli BBM setelah kenaikan BBM menjadi sekitar 20 ribu rupiah. Dalam sebulan saya harus menambah sekitar Rp. 300.000.  

Imbas kenaikan harga BBM yang tidak terasa adalah kenaikan harga-harga kebutuhan sehari-hari.  Kenaikan harga yang kami rasakan untuk beberapa produk kebutuhan anak-anak seperti susu. 

Karena kami kurang cermat menghitung harga-harga belanjaan dengan memesan barang langsung ke pedagang tanpa menanyakan harganya, kami tidak sadar akan kenaikan harga di pedagang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline