Lihat ke Halaman Asli

Isa Saburai

Lagi nyari jati diri, tetapi terlanjur dipaksa mencintai

Anget-Anget Tahi Ayam

Diperbarui: 27 Maret 2023   14:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Selamat siang pembaca setia Koko Isa Saburai. Bagaimana kabarnya? Semoga selalu baik-baik saja dan selamat menjalankan puasa Ramadan yang ke-5 bagi yang menjalankan.

Di hari ini kita akan berbagi cerita tentang komitmen. Kalian pernah denger, Anget-anget tahi ayam? Ya, ini biasa dilontarkan bagi orang yang semangatnya di awal dan setelah itu loyo alias tidak komitmen.

Sebetulnya sifat komitmen ini sangat luas, ya, Sob. Ada komitmen menjalin pernikahan, komitmen meraih masa depan, dan komitmen-komitmen lainnya.

Namun, di sini saya akan membahas tentang komitmen menulis. Apa kabar orang yang bilang komitmen di awal, tetapi belum menulis sudah menyerah? Apa kabar orang yang sok semangat di awal-awal, setelah dikasih tugas nulis menghilang tanpa kabar?

Menulis itu memang mudah, tetapi butuh komitmen yang luar biasa untuk tetap terus menulis walaupun banyak rintangan, kerjaan, dan urusan lainnya yang menyapa.

Komitmen itu tidak harus setiap jam nulis, tetapi bisa sehari nulis berapa kalimat dan nanti dilanjut lagi hari berikutnya. Bolehlah istirahat sejenak, tapi jangan sampai kebablasan juga.

Terkadang kita sudah nyaman berdiam diri tanpa melakukan aktivitas menulis, sibuk menonton Tiktok dan main media sosial lainnya sehingga mager untuk mengawali menulis.

Anehnya, jika ditagih hasil tulisan pasti akan mengatakan sibuk dengan tugas sekolah, tugas rumah, dan lain halnya. Padahal sebelum-sebelumnya kesibukan itu belum hadir di kehidupannya.

Seperti orang bijak mengatakan, "Orang sukses akan menjalani proses." Bisa disimpulkan dari pepatah di atas adalah bahwasanya komitmen itu sangat perlu. Sebelum kita menulis, otomatis kita harus sudah menerima konsekuensi yang akan kita hadapi ke depan dengan menegakkan sebuah komitmen perjuangan.

Jangan sampai menyesal menghampiri kita. Teman seperjuangan nulis sudah menghasilkan banyak karya dan diundang ke berbagai platform atau acara-acara sedangkan kita masih merenungi nasib dan anehnya tetap belum ada pergerakan.

Ya, begitulah, jika hidup dirasuki oleh mager. Nulis sedikit aja udah mager, mau ngetik aja berat banget, dan lain sebagainya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline