Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Pecah Kongsi Justru Setelah Sukses, Kisah Oi Rancak dan Rancak Bana

Diperbarui: 21 Januari 2021   14:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. kompas.com

Bisnis dengan teman itu susah-susah gampang. Bagi mereka yang berniat memulai bisnis dengan teman atau kerabat, perlu pertimbangan yang matang, agar nantinya tidak menyesal. Bila masih ada keraguan, sebaiknya memulai usaha sendiri saja, tanpa melibatkan teman, meskipun dengan modal seadanya.

Saya punya contoh dari kisah nyata yang terjadi di tahun 1980-an lalu. Mungkin tidak bisa dipakai sebagai acuan bagi yang lain, tapi sebagai bahan pelajaran, tak ada salahnya untuk diambil hikmahnya.

Sebut saja ada dua orang bersahabat, Ali dan Badu. Keduanya teman satu sekolah di Padang yang merantau ke Jakarta. Ali lebih dulu merantau setelah di Padang belajar membuat sepatu dan sandal kepada seorang pengrajin. 

Dengan bekal keahlian tersebut, Ali menyewa kios kecil di Pasar Tebet, Jakarta Selatan, dan mulai memproduksi sandal kulit yang bernuansa tradisional, tapi cocok dipakai buat santai. Merek sandalnya "Oi Rancak". Rancak dalam bahasa Minang berarti bagus atau cantik.

Awalnya barang yang terjual sangat sedikit, namun masih cukup untuk menutupi kebutuhan sehari-hari Ali. Secara kebetulan, Ali bertemu dengan Badu yang juga merantau ke Jakarta dan kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta. 

Hanya saja kuliah Badu agak tersendat karena masalah biaya. Lalu Badu tertarik mempelajari seluk beluk bisnis kerajiinan sandal kulit. Ia ikut memasarkan Oi Rancak di Pasar Seni Ancol, yang rupanya laris karena disukai oleh turis asing, selain juga disukai turis lokal.

Berkat Badu yang memang lincah, omzet meningkat tajam. Badu sendiri tidak bisa membuat sandal, namun berhasil mencari beberapa orang tukang dari Bandung.

Tanpa setahu Ali, Badu mendirikan bengkel sendiri dengan membuat barang yang sama dengan merek yang juga sama Oi Rancak. Badu bisa membedakan barang yang terjual apakah yang Oi Rancak milik Ali, atau miliknya sendiri. Untuk barang milik Ali, ia akan membagi keuntungan, sedangkan yang milikinya sendiri, keuntungan sepenuhnya masuk kantong Badu.

Gampang ditebak, Ali marah dan berniat memperkarakan cara Badu "merampas" merek Oi Rancak. Tapi, Badu memang lihai, ternyata ia telah lebih dahulu mengurus semua perizinan, sehingga secara hukum Oi Rancak terdaftar sebagai milik Badu. 

Akhirnya Ali tidak bisa berkutik dan hanya bisa menyesal kenapa terlalu percaya pada Badu yang pintar berkata-kata manis, tapi berniat lain di dalam hatinya. Maka, pecah kongsi tak terhindarkan lagi.

Ali terpaksa mengalah dan mengurus perizinan dari awal dengan merek "Rancak Bana" (artinya cantik sekali). Ali mulai belajar ilmu manajemen dan berhasil membuka counter di Pasaraya Blok M yang juga banyak diminati turis asing.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline