Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Kenapa Prabowo Begitu Perkasa di Sumbar?

Diperbarui: 26 April 2019   17:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. posmetropadang.co.id

Hasil resmi perhitungan suara dari KPU memang belum selesai dihitung. Namun dari hasil hitung cepat, meskipun pasangan Prabowo-Sandi mengalami kekalahan, di sejumlah provinsi Prabowo-Sandi unggul atas Jokowi-Ma'ruf.

Ambil contoh di Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), Prabowo boleh dikatakan menang telak. Hal yang tidak mengherankan sebetulnya, mengingat tahun 2014, Prabowo-Hatta juga menang telak dengan meraih suara sebanyak 76,9%.

Tapi, sekarang lebih "gila" lagi, Prabowo-Sandi, menurut hasil hitung cepat dari Indikator Politik Indonesia, mengumpulkan suara sebesar 84,12%.

Meskipun tidak mengherankan, rasanya tetap menarik untuk dikaji kenapa Prabowo sedemikian perkasa di Sumbar. Padahal pada tahun 2009, saat Prabowo digandeng sebagai cawapres oleh Megawati Soekarnoputri, pasangan ini di Sumbar betul-betul terpuruk, menempati posisi juru kunci setelah SBY-Boediono dan JK-Wiranto.

Bisa jadi pada kontestasi 2009 itu, Prabowo tidak dilirik karena posisinya hanya cawapres dari Ibu Mega dan partai pengusungnya PDI-P memang relatif kurang populer di Ranah Minang tersebut.

Beberapa tahun kemudian, entah dari mana asalnya, di percakapan yang banyak melibatkan urang awak di media sosial, beredar semacam petunjuk bagaimana memilih seorang pemimpin berdasarkan filosofi Minang.

Maka tersebutlah istilah "Tiga T", yakni takah, tageh dan tokoh, sebagai kriteria yang harus dipenuhi pemimpin yang ideal. Rumus 3T itu pernah ditulis oleh Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno, di koran Singgalang, salah satu koran terbitan Padang (hariansinggalang.co.id, 24/2/2016).

Takah, menurut sang gubernur, berkaitan dengan performance, postur tubuh yang bagus, rupawan, gagah, penampilan menarik dan berwibawa. Cara berbicara di depan publik atau cara menyampaikan gagasan melalui tulisan, juga termasuk dalam takah ini.

Tageh artinya tegas, berani, kuat, kokoh, dan teguh dengan pendirian, sehingga mampu menjadi tumpuan harapan rakyat. Tokoh berarti mampu memberikan keteladanan, ketokohannya diakui dalam skala yang lebih luas dan keilmuannya juga sudah terbukti, baik ilmu agama, adat, dan akademik.

Apakah faktor 3T betul-betul menjadi pertimbangan bagi masyarakat Sumbar dalam pilpres 2014 dan 2019, tentu sulit untuk dibuktikan, karena bisa juga yang terjadi sebaliknya. Maksudnya, masyarakat sebetulnya sudah menjatuhkan pilihan pada Prabowo, lalu mencarikan pembenaran pada penampilan fisiknya atau cara berpidatonya yang lebih oke ketimbang Jokowi, sehingga ketemu kriteria 3T itu tadi.

Terlepas dari rumus 3T, berkemungkinan orang Minang tidak begitu suka dengan Jawa sentris. Jawa dalam pengertian orang Minang bukan sekadar etnis, tapi Pulau Jawa secara geografis. Jadi pasangan Jokowi-Ma'ruf dianggap dua-duanya sebagai Jawa, meskipun Ma'ruf Amin adalah kelahiran Tangerang yang sekarang masuk provinsi Banten. Sedangkan Sandiaga, kelahiran Rumbai, Riau, dan dicitrakan sebagai orang Gorontalo.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline