Sekitar sepekan lalu, lagu berjudul "Citra Biru" yang dinyanyikan oleh Vina Panduwinata diminta oleh seorang pendengar Radio Sonora. Bukan, orang itu bukan saya.
Lagu itu lumayan sering diputar oleh Radio Sonora. Soalnya, lagunya memang indah sekali. Biasanya, saya sih tenang-tenang saja. Kelar mendengarkan, ya sudah, berlalu saja. Namun, tidak kali ini.
Sejak pekan lalu, lagu itu selalu ada di kepala saya, meski sudah mendengarkan puluhan lagu lainnya. "Citra Biru" selalu ada di kepala saya. Ketika saya menggumamkan lagu, maka yang keluar adalah "Citra Biru". Citra biru...citra khayalku...
Saya suka sekali lagu ini. Lagunya syahdu, tenang, lembut, tapi ada optimisme yang tersirat di dalam liriknya. Yang mendengarkan akan merasa aman damai sejahtera gemah ripah loh jinawi toto tentrem kartoraharjo.
Saya baca dari blog almarhum Denny Sakrie, seorang penulis dan pengamat musik Indonesia. Dia juga seorang penyiar radio. Denny menulis sebuah blog berjudul "Ketika Vina Merekam Citra Biru", yang ditulis pada 14 Desember 2013. Di blog itu mengisahkan bagaimana Vina dibujuk untuk berkarier musik di Indonesia saja, meski sudah mengeluarkan album di Jerman.
Denny menulis Vina memiliki suara yang khas, kenes, seksi, dan manja. Itu menjadi daya tarik yang memikat banyak penggemar di Jakarta pada awal 1980-an, termasuk Jackson Arief, pendiri label Jackson Records and Tapes yang berlokasi di Pluit, Jakarta.
Jackson Arief punya persyaratan untuk mengontrak penyanyi atau group band di bawah label Jackson Records. Mereka harus memiliki suara yang unik dan berbeda ketimbang penyanyi yang telah ada, karakternya harus kuat, demikian tulis Denny.
Jadilah Vina merekam album pertamanya sepanjang kariernya sebagai penyanyi di Indonesia. Album itu diberi nama Citra Biru, dirilis pada 1980. Lha, saya masih SD saat lagu itu dirilis, namun saya ternyata tidak lupa dengan lagu itu hingga saat ini.
Ada 10 lagu di album tersebut, masing-masing lima di tiap sisi kaset.
Lagu-lagu itu adalah: